Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) didampingi Menko Polhukam Luhut Pandjaitan (kedua kanan) dan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani (kanan) menggelar rapat konsultasi dengan Ketua DPR Setya Novanto (kelima kiri) dan empat Wakil Ketua DPR, Agus Hermanto (keempat kiri), Fadli Zon (ketiga kiri), Taufik Kurniawan (kedua kiri) dan Fahri Hamzah (kiri) di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (13/10). Pemerintah dan DPR menyepakati pembahasan revisi Undang-Undang tentang KPK ditunda hingga masa persidangan tahun depan guna fokus kepada penguatan ekonomi. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/ama/15.

Jakarta, Aktual.com — Menteri ESDM Sudirman Said mempertegas nama tokoh besar dan sangat berpengaruh yang dilaporkannya ke Majelis Kehormatan Dewan (MKD) kemarin, Senin (16/11). Dalam wawancara dengan televisi swasta nasional, Sudirman mengamini berkas yang terdapat nama Setya Novanto adalah berkas laporannya ke MKD DPR RI.

Tokoh besar dan sangat berpengaruh pencatut nama Presiden dan Wapres itu disebut-sebut untuk memuluskan perpanjangan kontrak PT Freeport. Transkrip pembicaraan yang beredar dikalangan wartawan sebagaimana laporan Menteri ESDM terdapat tiga orang masing-masing Sn, Ms dan R.

“Apa iya, Jokowi dan JK tidak tahu. Kan semuanya serba tertutup. Kalau saya melihat, yang diungkap itu yang akan dikorbankan,” tegas pengamat politik Universitas Indonesia, Muhammad Budyatna, saat dihubungi, Selasa (17/11).

Menurutnya, keberadaan Freeport di Indonesia selain mengeruk sumber kekayaan terbesar di dunia juga menjadi pundi-pundi pemasukan elit-elit pejabat di negeri ini. Hal ini sudah berlangsung lama, bahkan sejak era Orde Baru selama puluhan tahun dan berlanjut hingga era pemerintahan Jokowi-JK.

“Ini permainan tingkat tinggi, kalau orang biasa mana bisa. Istana itu jadi rujukan utama mereka (Freeport),” jelas Budyatna.

Ia meragukan keberanian Setya Novanto yang juga Ketua DPR RI sebagaimana disebutkan Sudirman Said, mencatut nama Presiden dan Wapres tanpa sepengetahuan keduanya. Apalagi, Freeport merupakan aset terbesar di Indonesia.

“Kalau Setya berani nyatut nama Jokowi-JK, enggak mungkin dia berani begitu sendirian. Saya tidak terlalu yakin kalau sendirian. Bisa saja itu sepengetahuan Jokowi-JK. Itu tidak sedikit, itu miliaran dolar bukan miliaran rupiah,” tandas Budyatna

Artikel ini ditulis oleh: