Satu rangkaian kereta Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) buatan PT Industri Kereta Api (INKA) diperlihatkan kepada wartawan di Balai Yasa, Manggarai, Jakarta Selatan, Selasa (15/8). Kereta bandara itu ditargetkan akan beroperasi pada September 2017. Jadwal itu mundur dari rencana semula jika kereta bandara ini akan beroperasi pada Agustus 2017. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setidjawarno, mengatakan tarif Kereta Api Bandara harus kompetitif karena sudah ada taksi dan bus yang menjadi moda transportasi ke bandara Soekarno-Hatta.

“Besaran tarif bisa jadi polemik, tinggi atau rendah. Perlu diketahui, transportasi umum yang melayani ke dan dari Bandara Soekarno-Hatta sudah ada taksi dan bus bandara,” kata Djoko dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Selasa (26/12).

Menurut dia KA Bandara sebagai transportasi umum baru, selayaknya memilih besaran tarif di antara tarif taksi dan bus bandara.

Dengan tarif tersebut, kata dia, diupayakan tidak mengurangi begitu besar pengguna bus dan taksi, namun dapat mengalihkan penumpang serta pekerja rutin menuju dan dari Bandara Soekarno-Hatta.

“Dengan demikian, ketersediaan lahan parkir di bandara bisa berkurang,” katanya.

Djoko juga menyoroti perihal pembelian tiket bahwa pengelola KA Bandara harus fleksibel dan kreatif.

“Pengalaman KA Bandara Medan-Kualanamu okupansinya rendah. Kalau target raih pekerja perlu skema tarif langganan,” kata dia.

Selain itu dia menyarankan ada tarif khusus untuk bisa meraih target penumpang. “Jika penumpang rombongan lebih dari tiga orang dapat tarif khusus. Pasalnya, berpergian lebih dari tiga orang lebih memilih sewa kendaraan atau taksi,” kata Djoko.

Menurut dia lebih baik menjual tiket dengan tarif murah namun tetap ada keuntungan yang didapat dibandingkan kereta kosong tanpa okupansi.

Djoko berpendapat pendapatan KA Bandara juga sebaiknya tidak hanya mengandalkan penjualan tiket.

“Hanya dengan mengandalkan pendapatan dari penumpang, pasti tidak bisa segera menutup operasional dan modal pembangunan infrastruktur dan pengadaan sarana. Oleh sebab itu cara memanfaatkan aset seputaran operasional kereta lebih bijak dapat dilakukan,” jelas dia.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: