Bakal pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo dan Ma'ruf Amin saat mendaftar diri sebagai capres dan cawapres di Kantor KPU, Jakarta, Jumat (10/8). Pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin yang diusung sembilan partai politik secara resmi mendaftar sebagai calon presiden dan wakil presiden tahun 2019-2024. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Pengamat politik dari Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam menilai terpilihnya Kiai Haji Ma’ruf Amin sebagai cawapres Jokowi menggembirakan sekaligus menggelisahkan nahdiyin atau warga Nahdlatul Ulama.

Di satu sisi, kata Umam, posisi Kiai Ma’ruf akan memberikan banyak manfaat politik dan logistik bagi sel-sel politik NU. Di sisi lain, NU dinilai tidak netral.

“Manuver-manuver politik saat ini mengindikasikan bahwa partai-partai berbasis NU telah secara vulgar memanfaatkan kelembagaan NU sebagai alat deal-deal politik praktis yang bertentangan dengan spirit Khitah 1984,” katanya, Jumat (10/8).

Menanggapi dilema itu, menurut Umam, wajar jika mantan Rois Aam PBNU K.H. Mustofa Bisri bersikap tegas untuk meminta K.H. Ma’ruf Amin segera turun dari posisi Rois Aam PBNU.

“Hal ini berpotensi akan merepotkan NU mengingat masuknya Kiai Ma’ruf ke politik praktis akan memaksa NU untuk selalu pasang badan menghadapi serangan-serangan terhadap individu Kiai Ma’ruf,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid