Pengrajin menyelesaikan pembuatan buatan di kawasan Glodok, Jakarta, Kamis (27/12). Menjelang tahun baru terompet konvensional tersebut dijual dengan harga dari Rp 5000 hingga Rp 10.000 tergantung ukuran dan jenisnya. AKTUAL/Tino Oktaviano

Cianjur, aktual.com – Sejumlah penjual terompet di Cianjur, Jawa Barat, mengaku mengalami kerugian karena sepi pembeli saat malam pergantian tahun kali ini.

Ayi (50), seorang penjual terompet saat ditemui di pusat Kota Cianjur, Senin (31/12) malam, mengatakan kondisi sepi pembeli tersebut kemungkinan imbas kemunculan isu mengenai terompet buatan rumahan terdapat kuman yang telah beredar di berbagai media cetak, elektronik, dan media sosial beberapa hari terakhir ini.

Ditambah lagi, lanjutnya, warga yang merayakan malam pergantian tahun tidak seramai dulu.

“Tahun sekarang sepi, sama seperti tahun 2017 juga sepi. Dari pagi sampai malam menjelang, saya baru bisa menjual lima buah terompet. Sudah beberapa tahun terakhir jualan terompet pada malam pergantian tahun, sudah tidak menjanjikan,” katanya.

Ia menjelaskan meskipun harga jual terompet tidak mahal, namun peminat semakin menurun.

“Kami jamin terompet yang kami jual aman dari virus atau penyakit menular, karena terbuat dari bambu yang tumbuh di alam dan bukan buatan pabrik. Semua bahan yang digunakan dari bambu dan kertas,” katanya.

Meskipun baru menjual beberapa terompet, namun, dia tetap akan menjajakan terompet tersebut hingga malam pergantian tahun dengan harapan dapat mengembalikan modal usaha sampingan yang setiap tahun dilakoninya bersama puluhan pedagang musiman lainnya.

Namun, sejumlah warga mengaku tidak terpengaruh isu kuman tersebut. Beberapa orang terlihat memborong terompet yang dijajakan di pinggir jalan.

Dedi (31), warga Kelurahan Pamoyanan, Cianjur, mengatakan tidak tahu peredaran isu terompet berbahaya dan ditemukan beberapa penyakit menular.

“Waspada perlu, tapi saya menilai terompet yang dijajakan pada malam tahun baru di Cianjur itu, buatan tangan dan selama ini, saya tidak pernah mendengar ada korban yang terjangkit penyakit berbahaya setelah meniup terompet. Jadi pintar kita menyikapi isu atau berita hoaks,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: