Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI) Hendrajit menilai, bekembangnya kekuatan kedua gerakan baik itu tagar #2019GantiPresiden atau #2019TetapJokowi sangat berpengaruh pada sejauhmana intensitas atau perhatian politik nasional terhadap mereka. Sebab sambung dia, mencontohkan ketika Presiden Jokowi yang menanggapi gerakan kaus #2019GantiPresiden, maka sesungguhnya secara tidak sadar membuat gerakan tersebut kian dikenal publik, yang awalnya hanya mencakup pada tataran media sosial saja.

“Reaksi Jokowi meski tidak kemudian membuat gerakan #GantiPresiden seperti yang terjadi di Thailand (kaus Merah dan Kuning). Tetapi justru memicu terjadinya dialektika yang seakan membuat gerakan ini benar bahwa kaus ternyata bisa bersikap dan justru membuat meluas eskalasinya,” kata Hendrajit saat dihubungi aktual.com, beberapa waktu lalu.

Saling serang di dunia maya antar pendukung pun kian terlihat tidak hanya di dunia maya saja. Bahkan, sebelumnya sempat beredar foto presiden Jokowi yang mengenakan kaus #2019GantiPresiden yang sempat menghebohkan warganet alias netizen. Meski kemudian, Juru bicara Presiden Johan Budi membantah adanya foto yang sempat viral dengan menegaskan jika informasi tersebut hoaks alias berita bohong.

Lebih lanjut, Direktur Eksekutif Renaissance Political Research and Studies Khikmawanto mengatakan jika kedua gerakan yang mengenakan tagar tidak akan memiliki kekuatan dalam mempengaruhi opini publik pada Pemilu 2019 nanti. Apabila, kata dia, tidak ada isu krusial yang kemudian dijadikan topik bersama, baik untuk mengkritisi pemerintah atau justru sebaiknya dalam rangka menjaga kredibilitasnya di mata publik.

“Sampai saat ini masih belum terlihat (kekuatannya), karena itu kan baru hanya sekedar hastag saja, kecuali ada isu yang sangat sensitive yang kemudian di kemas dan dikemukakan salah satu elit (politik) mungkin bisa lebih besar dan akan bisa juga mati di tengah jalan,” ujar dia saat dihubungi aktual.com.

“Jadi, kalau hanya sekedar perang hastag ini masih kategori wajar terjadi lah. Tapi, kalau saya melihat sekarang ini sedang mencoba untuk menaikan isu TKA, ketika itu berhasil dan bisa digulirkan maka bisa menjadi bumbu bagi hastag #2019GantiPresiden akan lebih dahsyat,” sebut dia.

Oleh karena itu, di tataran koalisi oposisi pun saat ini sedang mencari kesamaan isu, seperti yang terjadi pada pelaskanaan Pilkada DKI Jakarta 2017 kemarin, yang  saat ini mereka (partai opisisi) sedang berjalan sendiri-sendiri.

“Karena koalisi yang sudah terbentuk itu kan koalisinya Pak Jokowi sedangkan yang lain masih sangat cair dan dinamis. Dan mereka sedang meraba isu apa yang sensitif yang dapat digunakan untuk membuat orang yang tadinya percaya pada Pak Jokowi bisa turun tingkat kepercayaannya kepada pemerintah,” pungkas dia.

 

Manfaatkan Car Free Day sampai Main Jalur Hukum

Halaman Selanjutnya…

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang