Selain itu seorang Salik harus melatih dirinya agar bisa mensinkronkan antara ahwal suasana hatinya dengan logika fikirannya, karena rasa senang dan sedih yang melanda hati manusia sangat berkaitan erat dengan khouf dan rajaa’ yang keduanya merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada hamba-Nya.
Rasa senang dan sedih yang kadang datang tanpa sebab itu harus di arahkan kepada urusan-urusan akhirat agar keduanya tidak menjadi sekedar ilusi yang terpaku pada hal-hal duniawi.
Caranya adalah apabila hati seorang murid dirundung kesedihan, maka akalnya segera merespon dengan mengingat dosa-dosa yang telah ia lakukan dan perintah Allah yang telah banyak ia tinggalkan, sehingga murid dapat meraih maqom khouf yakni merasa cemas dengan murka Allah sehingga ia bergegas untuk melaksanakan perintah-Nya.
Begitu pun ketika hatinya tiba-tiba merasakan senang dan gembira, maka akalnya segera merespon dengan mengingat anugerah Allah atas dirinya dan Rahmat serta ampunan-Nya yg luas sehingga murid dapat meraih maqom Rojaa’ yakni hanya berharap pada kasih sayang Allah sehingga ia tidak putus asa atas Rahmat-Nya.
Artikel ini ditulis oleh: