Pertarungan di Pilpres 2019 dinilai akan menimbulkan perbedaan dalam gaya pertarungan bila dibandingkan dengan Pilpres sebelumnya.
Pakar Komunikasi Politik Universitas Jayabaya, Lely Arrianie mengatakan bahwa kedua tokoh ini sudah berhasil membangun militansi pendukung, dan nampaknya dukungan itu menjadi abadi. Kondisi itu kemudian, tidak menjadi penting bagi mereka (pendukung) terhadap calon pendamping yang diambil Prabowo maupun jokowi , karena yang mereka pilih itu figur kedua Capres tersebut.
“ Sehingga menurut saya ke depan warnanya akan tetap mirip-mirip sama (Pilpres 2014 ) kalupun ada (perbedaan) tergantung sekali bagaimana mereka dalam membawa ke sana, apa yang akan berubah?. Saya pikir dari kubu Prabowo terutama elit-elitnya tidak akan menjustifikasi Ma’ruf Amin-nya, karena mereka menghormati figur tersebut. Mungkin itu yang agak berubah,” ucapnya saat berbincang dengan aktual.com, Kamis (30/8).
Lebih lanjut, ketika ditanyakan, bila melihat dari pertarungan visi misi yang disajikan kepada rakyat atau pemilih, apa akan sama atau ada perbedaan signifikan nantinya?. Ia menegaskan sudah pasti ada perbedaan Pilpres 2019 dengan 2014.
“Di PIlpres 2014, waktu itu pertarungan keduanya , apalagi Jokowi kan ketika itu belum menjadi presiden, sehingga kinerjanya belum bisa dinilai, dan sama-sama memberikan program untuk memajukan Indonesia ke depan bila terpilih. Sedangkan 2019, Jokowi sudah menjalin kekuasaan, maka peta yang akan diperdebatkan nanti adalah tentang kegagalan Jokowi selama menjabat sebagai presiden,” sebut Lely.
Menurut dia, yang diharapkan dalam sebuah pergantian suatu rezim kekuasaan itu ada tiga hal, yakni Hope (Harapan), Change (Perubahan), dan Unity (Kesatuan) yang ketiganya ini harus berjalan beriringan. Sehingga, argumentasi yang akan terjadi dalam Pilpres 2019 akan cenderung sebagai petahana bertahan dan membantah argumentasi pihak lawan yang menyerang kinerjanya selama berkuasa.
“Seumpamanya pihak Prabowo ingin bertanya, apa sih yang anda lakukan tentang harapan Indonesia akan berubah?, nah tentunya Jokowi sebagai petahana akan memaparkan bahwa pihaknya sudah melakukan ini dan itu. Tetapi, menurut mereka (kubu Prabowo) kurang, karena mengacu dari data ini dan itu. Sehingga harapan itu bergeser, jika dulu (Pemilu 2014,red) kalau saya terpilih jadi presiden begini dan begitu. Kalau sekarang (Pilpres 2019) akan berbeda,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Novrizal Sikumbang