Seorang pedagang daging sapi saat membentangkan spanduk yang bertuliskan " Kembalikan Stok Daging Rakyat" di los daging Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (10/8/2015). Sejumlah pedagang daging sapi di beberapa pasar tradisional masih melakukan aksi libur berjualan daging hingga Rabu (12/8) karena harga daging terus mengalami kenaikan hingga Rp120 ribu per kilo.

Jakarta, Aktual.com — Wakil Ketua MPR RI Mahyudin mengemukakan bahwa adalah suatu hal aneh bila Indonesia yang dikenal luas dengan jumlah penduduk besar dan sumber daya alam sangat luas itu mengalami krisis daging.

“Indonesia adalah negara kaya dengan potensi alam dan kemampuan rakyatnya yang baik ditambah lahan yang sangat luas, mustahil dan aneh kalau sampai Indonesia krisis daging sapi,” kata Mahyudin di Jakarta, Sabtu.

Mahyudin juga telah melakukan rangkaian kunjungan kerja Wakil Ketua MPR antara lain ke Provinsi Jawa Timur pada tanggal 19 – 20 Agustus 2015, dan sempat mengunjungi aktivitas peternakan sapi di Desa Bangeran, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto, Jatim.

Di desa tersebut, Mahyudin bertemu dengan Shoim Haris salah seorang peternak yang memiliki sapi ternak paling banyak di desa tersebut. Desa Bangeran memang dikenal hampir semua penduduknya peternak sapi, dan Shoim adalah pimpinan paguyuban peternak sapi di desa tersebut.

“Pengembangan ternak sapi di desa itu sangat baik. Bahkan aparatur daerah seperti Camat dan Danramil turut membantu pengembangan sapi di desa tersebut. Pengembangan sangat baik, mereka hanya butuh daya dukung seperti bibit, pakan dan modal usaha atau kredit lunak,” ujar Mahyudin Berdasarkan data yang diperoleh Mahyudin, populasi sapi di Jawa Timur saja mencapai 4 juta ekor, sehingga seharusnya jika beberapa provinsi pengembangan ternaknya mendapat dukungan pemerintah, semestinya Indonesia tidak perlu impor sapi.

Untuk itu, ujar dia, pemerintah dalam hal ini seharusnya mampu mengembangkan peternak sapi di Indonesia secara keseluruhan sehingga Indonesia tidak perlu bergantung kepada Australia soal daging sapi.

“Banyak daerah-daerah selain Jatim yang sangat berpotensi antara lain, NTT, NTB, Sulawesi Selatan, Donggala juga Kalimantan. Saya yakin peternaknya bagus hanya butuh daya dukung saja, saya melihat langsung dan saya percaya kepada kemampuan peternak kita. Pemerintah harus fokus memberikan daya dukung kepada peternak,” katanya.

Dalam skala besar, lanjutnya, pemerintah harus punya cetak biru peternakan sapi di Indonesia dengan target minus impor dan harus menuju swasembada daging sapi.

Pada intinya, menurut dia, adalah bagaimana Indonesia menjadi negara berdaulat dan mandiri serta tidak mengandalkan impor daging terus-menerus.

Sebelumnya, Pemerintah siap mengimpor 300 ribu ekor sapi untuk mengatasi kelangkaan pasokan daging sapi dan menjaga stabilitas harga komoditas tersebut, yang saat ini melambung tinggi di beberapa daerah.

“Untuk sisa tahun ini kita mungkin bisa impor 200 ribu-300 ribu ekor. Kami sepakat dan masih menjalankan prosesnya,” ujar Menteri Perdagangan Thomas Lembong saat ditemui di Jakarta, Selasa (18/8).

Mendag mengatakan impor tersebut sebagai upaya pemerintah untuk memberantas ulah para spekulan yang menahan pasokan, sehingga menyebabkan kelangkaan dan tingginya harga daging sapi.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid