Jakarta, Aktual.co — Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran Bandung Muradi mengatakan, ketidaktegasan pimpinan TNI dan Polri adalah penyebab terjadinya bentrok antara kedua lembaga itu.
Sebab, belum sampai hitungan tiga bulan, bentrok kembali terjadi bahkan di tempat yang sama.
Dia pun mengakui bila bentrok kali ini memang ditenggarai oleh hal sepele, yakni saling ejek. Tapi, kata dia, bentrok diikuti dengan pola yang sama persis dengan sebelumnya.
“Hal tersebut mengindikasikan bahwa, ada ketidaktegasan dalam melakukan penghukuman oleh pimpinan TNI maupun Polri kepada pelaku dan oknum bentrokan sebelumnya,” kata dia, Kamis (20/11).
Hal itu, kata dia, sebagai penyebab kejadian yang sama kembali terulang dengan motif yang berbeda, yakni jiwa korsa yang sempit dan kecenderungan pimpinan masing-masing institusi melakukan pembiaran tanpa melakukan penghukuman yang membuat jera pelaku.
“Sehingga anggota di lapangan merasa bahwa langkah yang dilakukan tidak salah karena membela jiwa korsa dan kebanggaan kesatuan,” kata dia.
Ketidaktegasan ini, kata dia, bahkan merata pada sejumlah kasus bentrokan antar anggota TNI-Polri. Sehingga, apabila kemudian personel di lapangan menerjemahkan sebagai “restu” bagian dari menjaga marwah korsa menjadi suatu pembenaran.
“Akan baik apabila pimpinan di kedua institusi tidak sekedar berdamai dan berkomitmen hanya untuk konsumsi media saja, tapi secara sungguh-sunggguh mengupayakan langkah perdamaian yang hakiki, untuk lebih fokus pada penguatan peran dan fungsinya di masing-masing tingkatan,” kata dia.
Sebab, esensi kehadiran institusi keamanan, baik TNI maupun polri di tengah masyarakat adalah untuk memberikan rasa aman, dan hal tersebut akan selalu terkoreksi manakala keduanya selalu bertikai.
Artikel ini ditulis oleh: