Jakarta, Aktual.com —  Anggota Komisi IX DPR asal Fraksi Gerindra, Kardaya Warnika menyebut, pengucuran kredit hasil pinjaman dari China Development Bank (CDB) ternyata tidak banyak untuk infrastruktur energi seperti selama ini pemerintah inginkan.

Justru perusahaan energi yang mendapat kredit pun, malah bukan untuk energi yang terbarukan. Kebanyakan perusahaan energi yang kurang penting, terutama perusahaan migas.

“Bahkan makin aneh lagi kalau perusahaan-perusahaan kertas malah mendapat kucuran kredit hasil utang dari CDB. Ini kan aneh,” tandas dia saat raker dengan tiga bank BUMN penerima pinjaman CDB, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (15/3).

Semula dirinya berharap, karena tujuannya memang untuk infrastruktur maka lebih diprioritaskan untuk pengembangan infrastruktur energi terbarukan.

“Tapi yang ada, mereka (perusahaan energi) yang dapat kredit itu hanya perusahaan energi biasa bukan untuk pengembangan energi masa depan,” keluh dia.

Padahal, lanjutnya, duit pinjaman seperti ini kalau memang untuk infrastruktur energi maka harus dikucurkan ke pengembangan energi biomassa, energi angin, dan energi terbarukan lainnya.

“Karena saat ini kita sedang krisis energi, dan di 2019 kita akan kehabisan energi. Maka mestinya bank itu sensitif, pengucuran kreditnya itu untuk perusahaan yang mengembangkan energi terbarukan,” kata dia.

Tapi yang membuat dia aneh lagi, banyak perusahaan yang bukan perusahaan infrastruktur atau energi infrastruktur, tapi perusahaan kertas malah dapat kredit utangan dari CDB ini.

“Jadi ada perusahaan grup itu yang dapat banyak kreditnya. Itu sangat aneh, dan di luar kelaziman,” tegasnya.

Bahkan perusahaan kertas seperti PT Indah Kiat mendapat kucuran kredit dari tiga bank itu.

“Ini yang kami pertanyakan, kenapa ada kekompakan dari tiga bank itu? Ini semakin aneh,” kata dia.

Di tempat yang sama, Direktur PT BRI, Asmawi Syam menegaskan, alasan adanya perusahaan kertas mendapat kredit karena tujuan pinjaman ini, selain untuk infrastruktur juga untuk menggenjot perdagangan.

“Jadi tujuan pinjaman ini pengucuran kreditnya tidak hanya untuk infrastruktir tapi juga perdagangan, makanya kami bertiga (BRI, Mandiri, dan BNI) mengucurkan kredit ke sektor manufaktur,” dalihnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka