“Kami juga koordinasi dan berkomunikasi untuk penindakan terhubung dengan Densus 88 regional, ada di wilayah Sumatera dan Kepri. Ada BNPT di daerah juga,” kata Ucok.

Secara terpisah, pemimpin Pondok Pesantren Darul Mukhlasin Tanjungpinang, Ustaz Muhammad Muslim, yang 38 santrinya diberikan materi kontraradikal dan antihoaks menilai datangnya pihak kepolisian mencegah santri terpengaruh kebencian kepada negara Indonesia.

“Perasaan dari kami, datangnya polisi membuat merasa aman, terlindungi, diperhatikan penegak hukum,” kata Muslim.

Dengan sosialisasi itu, santri disebutnya memahami ada kelompok-kelompok di Indonesia yang melakukan teror karena terpapar paham radikal.

Ia mengatakan meski santri tidak diperbolehkan menggunakan gawai selama di pondok pesantren, saat pulang ke rumah masing-masing sepekan sekali santri pasti menggunakan gawai.

Artikel ini ditulis oleh: