“Saya kira itu adalah pos pemeriksaan cinta, bukan untuk menanyai kartu tanda pengenal atau kartu militer, mereka memberi kami makanan dan minuman. Saya lebih menyukainya,” kata Taim, sambil tersenyum.

Gagasan dari Abdul-Ghani, yang disebut “Remah Roti”, telah berjalan selama beberapa kali Ramadhan selama krisis. Tapi itu cuma terbatas pada mendatangkan relawan dan menjamin donor mengenai bahan makanan untuk mempersiapkan Iftar buat orang yang memerlukan, tapi tahun ini ia meluncurkan gagasan “pos pemeriksaan Ramadhan”.

Mereka menyiapkan makanan sepanjang hari, lalu petugas amal akan datang ke tempat mereka untuk mengumpulkan makanan dan membagikannya kepada orang miskin dan orang yang kehilangan tempat tinggal pada saat Iftar.

Terlebih lagi, pos pemeriksaan Ramdhan bukan hanya buat orang miskin, tapi untuk semua pejalan kaki selama saat berbuka puasa, dan mereka hanya menawarkan minuman serta kurma.

“Kami mempunyai 1.350 relawan dalam gagasan ini. Kami membuat antara 10.000 dan 30.000 makanan Iftar per hari, semua sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Kegiatan kami sangat tergantung atas sumbangan bahan makanan,” kata Abdul-Ghani.

Kebanyakan relawan adalah pemuda yang merasa bahwa mereka perlu memainkan peran positif dalam membantu rakyat di negeri mereka.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: