Capres 02 yang juga Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat memberikan pembekalan relawan Prabowo-Sandi di Istora Senayan, Jakarta, Kamis, (22/11/2018). Dalam acara pembekalan relawan tersebut hadir sejumlah tokoh seperti, Amien Rais, Sihobul Imam, Djoko Santoso, Rachmawati, Fadli Zon, dan sejumlah tokoh lainnya. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, aktual.com – Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto kembali mengungkapkan adanya kebocoran anggaran Indonesia sebesar Rp1.000 triliun tiap tahun yang mengalir ke luar negeri.

“Kalau dilihat dari cadangan devisa, kita seharusnya surplus 350 hingga 375 miliar dolar namun kenyataannya hanya 100 miliar dolar,” kata Prabowo dalam acara konsolidasi nasional Aliansi Pencerah Indonesia (API) di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu (3/3).

Karena itu dia mempertanyakan sebesar 200 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.000 triliun kekayaan Indonesia kemana.

Dia menilai tugas eksekutif untuk menghentikan kebocoran tersebut dan dirinya berjanji akan menghentikannya apabila mendapatkan mandat dari rakyat di Pemilu Presiden (Pilpres) 2019.

“Kalau nahkoda tidak mengerti kapalnya sudah bocor, maka itu berbahaya. Saya berkali-kali mengatakan hal ini,” ujarnya.

Dia mengatakan sudah menguraikan adanya kebocoran anggaran tersebut dalam bukunya berjudul “Indonesia Paradoks”.

Prabowo mengaku sering diejek bahwa ungkapannya terkait kebocoran itu sebagai bentuk pesimisme namun itu adalah fakta yang harus diungkap.

“Kapal kita sedang bocor, boleh Prabowo diejek, dibilang pesimis, namun ini fakta. Nanti setelah saya dilantik saya akan membentuk tim, untuk mengatasi permasalahan ini,” katanya.

Prabowo menjelaskan, bukti kebocoran tersebut sudah diakui pemerintahan Jokowi-JK dengan pernyataan menteri keuangan di Kabinet Indonesia Kerja (KIK) mengatakan kekayaan warga negara Indonesia di luar negeri sekian ribu triliun rupiah.

Lalu Presiden Jokowi membuat kebijakan “tax amnesty” yang diharapkan uang warga Indonesia tersebut bisa kembali ke dalam negeri.

Dia juga menilai Indonesia sangat liberal karena banyak hasil kekayaan alamnya justru dibawa ke luar negeri padahal modal dan sumbernya dari dalam negeri.

“Indonesia ini lebih liberal dari mbahnya liberal. Kekayaan alam ada di kita, orang mau usaha modalnya dari bank pemerintah kemudian mendapat untung hasilnya dijual ke luar negeri, dan keuntungannya tidak balik ke Indonesia,” ujarnya.

Karena itu dia mengaku geram melihat keadaan Indonesia sekarang terutama kepada para elite-elite yang memang sengaja membiarkan kebocoran itu terjadi.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Zaenal Arifin