Jakarta, Aktual.co — Politikus PDIP Pramono Anung yang merupakan juru runding dari Koalisi Indonesia Hebat itu mengeluh sulitnya mengakhiri dualisme kepemimpinan yang ada di parlemen.
Bahkan Pramono mengatakan kalau dirinya lebih rajin menemui Hatta Rajasa, ketimbang menantunya, yakni Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR Edhie Baskoro Yudhoyono.
“Proses ini cukup melelahkan. Saya lebih sering bertemu Pak Hatta dalam sebulan ini ketimbang mantunya (Ibas) demi menyelesaikan ini. Kebetulan menantunya ada di sini (dalam acara penandatanganan kesepakatan damai),” kata Pramono di gedung DPR, Jakarta, Senin (17/11).
Dirinya menyebut jika proses damai antara dua kubu yang sempat berseteru, yakni KMP dan KIH bisa stag lantaran banyaknya pernyataan-pernyataan yang keras dan ego besar dari kedua kubu. Maka dari itu, perlu menghilangkan ego dan statmen-statmen keras dikurangi.
“Ego dihilangkan, statement keras dikurangi. Seperti ‘dikasih hati minta jantung’, atau apapun itu,” kata Pramono.
Bekas wakil ketua DPR RI periode 2009-2014 itu mengatakan, perdamaian antara KMP-KIH membutuhkan kedewasaan dari semua pihak. Dia tak ingin islah yang sudah terjadi dilihat siapa yang paling berjasa.
“Kita memerlukan kedewasaan berdamai. Ini bukan melihat siapa yang paling berjasa tapi bagaimana untuk mengurai benang kusut ini,” kata dia.
Seperti diketahui, kesepakatan damai KIH-KMP sempat molor, hal itu lantaran ada poin yang belum disepakati. Wakil ketua umum Gerindra Fadli Zon pun menyinggung banyaknya permintaan damai yang diajukan KIH.
“Istilahnya dikasih hati minta jantung!” kata Fadli Zon di gedung DPR, Jakarta, Kamis (13/11).
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon merasa protes dengan keinginan KIH yang minta merevisi pasal 98 dan 74 terkait hak DPR dalam UU No 17 Tahun 2014 tentang UU MD3.
Artikel ini ditulis oleh:
Novrizal Sikumbang