Jakarta, Aktual.co — Presiden Jokowi saat peringatan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni 2015 lalu menyebut Proklamator Bung Karno lahir di Blitar. Tentu pernyataan itu tidak tepat. Dalam berbagai literatur sejarah, Bung Karno dilahirkan di Surabaya.
Kesalahan Presiden dalam menyebut data bukan kali ini saja terjadi. Sebelumnya saat menyebut Indonesia masih memiliki utang di IMF yang nyatanya RI sudah tidak ada lagi utang. Begitu juga Presiden mengaku tidak membaca Perpres No 39 Tahun 2015 yang kemudian populer dengan istilah “I don’t read what I sign”.
Menurut Pengamat Politik Universitas Negeri Jakarta, Ubedillah Badrun, kesalahan presiden itu menunjukkan bahwa di lingkaran Istana sedang ada permasalahan yang serius.
“Sudah hampir 8 bulan, komunikasi antara beberapa orang di lingkaran Istana tidak sehat,” ucapnya, saat berbincang dengan Aktual.co, Jum’at (5/6).
Ubed, sapaan akrabnya ini, mencontohkan bagaiman pola komunikasi antara Seskab, Andi Widjajanto dan Mensesneg, Pratikno yang nampaknya selalu ingin paling cepat untuk melakukan klarifikasi khususnya soal kebijakan Presiden Jokowi. Selain itu, komunikasi belum terjalin juga antara Kepala Staf kantor kepresidenan dan beberapa menteri.
“Saya melihat tidak ada komunikasi efektif diantara mereka. Kalau begini ini Presiden akan dibuat berantakan,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh: