Madiun, Aktual.com – Upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Madiun, Jawa Timur, untuk mengembangkan potensi lokalnya menjadi sesuatu yang khas dan menarik hingga disukai dan didatangi wisatawan, terus dikebut.

Sadar minim akan potensi wisata keindahan alam, Pemkot Madiun mulai melirik potensi wisata belanjanya untuk dikembangkan guna mendongkrak sektor pariwisata dan ekonomi setempat.

Konsep wisata belanja tersebut diharapkan mampu memberikan keunggulan bersaing bagi Pemkot Madiun untuk dapat memperluas sektor perdagangan dan jasanya yang selama ini merupakan andalan guna menjadi destinasi wisata bagi para wisatawan yang memiliki minat khusus.

Selama satu tahun terakhir, Pemkot Madiun sedang gencar membangun “Pahlawan Street Center” sebagai salah satu lokasi yang digadang-gadang akan menjadi pusat wisata di kota ini.

Di jalan tersebut, Pemkot Madiun telah membangun sejumlah ikon guna mengangkat “smart branding” bagi Kota Madiun agar nyaman dan menarik dikunjungi.

Adapun, sejumlah ikon yang dibangun pemkot, di antaranya adalah pedestrian di Jalan Pahlawan yang dibangun seperti Malioboro di Yogyakarta. Serta, perombakan dan penataan saluran air yang ada di sepanjang Jalan Kalimantan-Perintis Kemerdekaan hingga kawasan parkir Sumber Umis yang akan disulap menjadi taman.

Nantinya Taman Sumber Umis bakal menjadi pendukung keberadaan pedestrian Jalan Pahlawan. Dimana taman tersebut akan dibangun dengan konsep sebagai miniatur dunia, dengan keberadaan tiruan patung Merlion Singapura, Kabah Mekkah, menara jam Big Ben Inggris, dan menara Eiffel Perancis. Di Taman tersebut juga terdapat sentra kuliner dan pasar seni yang mengangkat budaya dan tradisi setempat.

Wali Kota Madiun Maidi mengatakan titik Jalan Pahlawan dipilih karena selama ini kawasan tersebut menjadi salah satu jujukan pelancong yang tertarik dengan wisata belanja. Di kawasan tersebut telah terdapat pusat perbelanjaan dan hiburan. Sejalan dengan program penataan kota, Pemkot Madiun berkelanjutan menggarap proyek ikon dan taman di kawasan tersebut.

Maidi ingin keberadaan ikon pedestrian dan taman Sumber Umis di kawasan tersebut nantinya bisa mendorong aktivitas perdagangan dan pariwisata di Kota Madiun, utamanya wisata belanja dan kuliner.

“Jalan Pahlawan ini merupakan “casing” dan wajahnya Kota Madiun. Yogyakarta punya Malioboro, Kediri punya Jalan Doho. Kita juga punya Jalan Pahlawan yang tak kalah menarik. Ini tidak akan maksimal tanpa dukungan masyarakat,” kata Maidi.

Nantinya, Jalan Pahlawan akan menjadi wisata keluarga, anak-anak, remaja, dewasa, serta lansia yang ramah dan nyaman. Bahkan, untuk kaum disabilitas.

Proyek inovasi mempercantik kota lainnya yang sedang dibangun adalah pembangunan pedestrian di sekitar Tugu Pendekar. Sama seperti di Jalan Pahlawan, proyek tersebut juga sebagai upaya percepatan pemulihan sektor ekonomi pascapandemi nanti.

Di kawasan tersebut akan dibangun sentra kuliner tradisional di Jalan Rimba Darma juga pedestrian timur simpang lima Tugu Pendekar. Kawasan tersebut juga akan dikuatkan dengan pembagunan gedung untuk menampung produk Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Madiun. Misalnya, pakaian hasil kerajinan, mulai kaus dan pakaian khas hingga pernak-pernik Kota Madiun lainnya.

Gedung tersebut rencananya dibangun di bekas Puskesmas Oro-Oro Ombo setelah layanan kesehatan tersebut dipindah ke Jalan Basuki Rahmat Kota Madiun.

Maidi menilai, kota besar bisa hidup 24 jam karena menyuguhkan keindahan. Baik keindahan di waktu siang maupun malam. Konsep itu juga mulai diterapkan di Kota Madiun.

“Kita tidak memiliki potensi alam. Tetapi bukan berarti kota kita tidak bisa menarik. Kita buat jadi menarik dengan sentuhan-sentuhan tadi. Itu yang saya lihat di berbagai negara di Asia,” kata Wali Kota Maidi.

Aman dikunjungi

Seiring kerja keras mengembangkan konsep wisata belanja dan pembangunan infrastrukturnya, Pemkot Madiun juga dituntut untuk memberikan keamanan dan keyamanan bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke daerah setempat di masa pandemi COVID-19.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah mendorong pemerintah daerah dan para pelaku bisnis wisata untuk melakukan penyesuaian atau “remodelling” dalam mengembangkan pariwisata ke depannya agar bisa beradaptasi. Tidak hanya di masa pandemi, tapi juga era setelahnya, yakni normal baru atau “new normal”.

Protokol kesehatan untuk normal baru harus ditetapkan agar dapat diterapkan guna memberikan kepercayaan publik.

Protokol kenormalan baru di tempat wisata harus fokus pada aspek kebersihan, kesehatan, dan keamanan sebagai panduan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melakukan remodelling tersebut.

Hal itu demi terwujudnya kegiatan wisata yang produktif, namun tetap aman dari COVID-19. Muaranya adalah ekonomi yang bertumbuh dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di masa normal baru serta sesudahnya.

Ikon-ikon pendukung wisata belanja yang dibangun Pemkot Madiun saat ini haruslah memiliki sanitasi dan sarana yang menyesuaikan protokol kesehatan. Para pelaku bisnis wisata dan pengunjung juga dituntut harus memiliki tanggung jawab yang sama untuk mewujudkan wisata yang sehat, aman, dan nyaman.

Hal-hal tersebut perlu dirumuskan oleh Pemkot Madiun guna menjawab tantangan tren baru dalam berwisata di era kondisi normal baru.

Selain itu, saat ini pemerintah juga sedang fokus meningkatkan wisata domestik hingga ke angka 70 persen. Salah satu caranya adalah dengan mendorong wisata “in city”, alias wisata dalam kota yang akan dimulai sekitar 1-3 bulan ke depan.

Tentunya, hal itu menjadi tantangan bagi Kota Madiun untuk menarik warganya dan daerah sekitarnya agar melakukan kunjungan wisata di daerah terdekat.

Adapun tujuan dari kegiatan wisata in city tersebut adalah untuk membuka jalannya sektor perekonomian daerah. Selain itu, juga mencegah masyarakat keluar masuk ke suatu daerah guna meminimalisir penyebaran virus corona.

Dengan melihat peluang besar tersebut, sudah saatnya Pemerintah Kota Madiun mampu meraihnya. Hal itu agar Kota Madiun bisa menjadi kota tujuan wisata, bukan hanya kota transit.(Antara)