Rachmad Hardadi. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) mengajukan tantangan kepada Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (persero) yang akan terpilih nantinya, agar membatalkan Joint Venture Refinery Development Masterplan Program (RDMP) kilang Cilacap antara Pertamina denga Saudi Aramco.

Menurut Presiden FSPPB, Noviandri, kerja sama itu telah menyebabkan kerugian pada perusahan Pertamina karena dilakukan pada kilang yang telah existing. Sehingga Pertamina harus berbagi saham atas proyek yang telah berproduksi.

“Kami secara ekstrim ingin dirut Pertamina harus orang dalam lah, yang penting dirut itu yang berani menolak JV RDMP,” katanya di Jakarta, Selasa (28/2).

Kemudian tambahnya, dia tidak bermaksud menolak proyek RDMP maupun Grass Root, terlebih pada skema Joint Venture itu sendiri, namun yang ia tolak yakni Joint Venture pada RDPM. Sebaiknya tegas Novi, jika ingin melakukan Joint Venture hendaknya pada proyek Grass Root.

“Kita tidak anti Joint Venture, tapi kalau itu dilakukan pada aset yang existing, tentu kerugian bagi Pertamina. Belum apa-apa telah berbagi saham dan hasil. Joint Venture lebih baik pada proyek Grass Root,” tandasnya.

Sebagai informasi Kerja Sama JV RDMP dilakukan oleh Pertamina atas pertanggungjawaban Rachmad Hardadi selaku Direktur Megaproyek Pengolahan & Petrokimia. Kini Rachmat Hardadi menjadi salah satu calon Dirut baru Pertamina, untuk menempati posisi yang ditinggalkan Dwi Soetjipto sejak sebulan yang lalu.

Dadangsah

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta
Editor: Arbie Marwan