Medan, Aktual.com — Tahapan kampanye pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2015 dimanfaatkan calon wali kota-wakil wali kota Medan, Ramadhan Pohan-Eddie Kusuma (REDI) mengunjungi pedagang tradisional di Pasar dikawasan Jalan Sutomo, Selasa (29/9) pagi.

Memasuki areal pasar ‘tumpah’ di kawasan Jalan Sutomo sejak pukul 05.30 Wib, Ramadhan Pohan bersama Burhanuddin Sitepu yang juga Wakil Ketua DPRD Medan dan rombongan tim pemenangan pasangan REDI, menyapa pedagang sambil berjalan kaki menelusuri jalan yang telah ramai transaksi jual beli.

Kedatangannya ke kawasan tersebut disambut hiruk pikuk dukungan para pedagang. Mereka merasa sosok Ramadhan bisa membawa perubahan dan perbaikan di Kota Medan. Khususnya, memperhatikan keberadaan masyarakat seperti mereka yang menggantungkan hidupnya dari berdagang.

Ramadhan mengajak mereka berbincang-bincang terkait kebijakan penggusuran pedagang ke Pasar Induk Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan yang dilakukan pemerintah kota (Pemko) Medan, tanpa solusi tepat.

“Yang penting bagi kami, bisa berjualan dan laku. Kalau tidak, mau makan apa kami,” keluh salah seorang pedagang sayur, R. Tarigan.

Tarigan mengaku pemindahan tempat berjualan oleh Pemko Medan terkesan sepihak dan tidak memikirkan keberlanjutan pedagang.

Pedagang lainnya, K. Sitorus juga mengeluhkan nasib serupa. Apalagi saat ‘dipaksa’ berjualan di Pasar Induk, Sitorus terus merugi selama tiga bulan lebih sejak berjualan di lokasi tersebut.

Menurutnya, pembeli seperti enggan mendatangi lokasi pasar induk karena selain jauh, tidak seluruhnya pedagang di kawasan Jalan Sutomo ditertibkan. Sehingga, menimbulkan kecemburuan pedagang lain.

“Kita sudah mencoba berjualan disana pak, tapi tidak hidup. Bagaimana kami mau berjualan kalau pembeli tak ada, modal pun lama-lama bisa habis,” kata Sitorus yang memilih kembali berdagang di kawasan Jalan Sutomo, Medan.

Sementara, Wakil Ketua DPRD Medan Burhanuddin Sitepu menyebutkan jika Kota Medan harus didukung keberadaan pasar induk lebih dari satu. Dimana, kebutuhan akan kawasan pasar tradisional menjadi sangat penting.

Lokasi yang ada saat ini dinilai kurang representatif karena tidak ada dukungan penuh pemerintah, terutama bagaimana agar pedagang tidak merugi akibat sepi pembeli.

“Kota Medan ini kan pintu gerbangnya tidak hanya satu. Kedatangan masyarakat itu dari berbagai penjuru. Jadi tidak cukup hanya satu pasar induk saja, tetapi setidaknya 2 sampai 3 baru bisa representatif,” katanya.

Pedagang tidak begitu mempermasalahkan lokasi berjualan, selama masih banyak pembeli. Hal itu yang kemudian jadi alasan para pedagang yang sebelumnya telah membuka lapak di pasar induk Lau Cih, memaksa kembali berjualan di kawasan Jalan Sutomo.

Mendengar keluhan itu, Ramadhan mengatakan jika dalam hal menyelesaikan permasalahan seperti ini diperlukan kebersamaan dan keseriusan untuk berfikir jangka panjang. Sebab, jika hanya sekedar memindahkan saja tanpa ada solusi yang jelas dan komprehensif, maka akan menimbulkan gejolak dan masalah baru yang lebih besar.

“Kedepan, Pemko tidak bisa jalan sendiri. Harus ada kebersamaan dan kerjasama dengan dewan (DPRD),” sebutnya menjelaskan penerbitan peraturan wali kota (Perwal) harus dilakukan dengan survei mendalam.

Usai berkeliling kawasan pasar, Ramadhan Pohan bersama tim menyempatkan diri berbelanja sayur dan buah. Ia pun menolak saat pedagang menawarkan barang dagangan tanpa dibayar.

“Oh tidak mau saya (gratis), berapa harganya biasa, saya bayar. Namanya berdagang,” katanya saat membeli beberapa buah Nenas sebelum beranjak meninggalkan lokasi.

Artikel ini ditulis oleh: