Menteri BUMN Rini Soemarno menyampaikan paparan kinerja BUMN 2015 di Gedung Kementerian BUMN Jakarta, Selasa (19/1). Total pendapatan BUMN dari 118 perusahaan pada 2015 mencapai Rp1.728 triliun atau mengalami penurunan daripada tahun sebelumnya yang mencapai sebesar Rp1.931 triliun. Pada 2016 ditargetkan pendapatan meningkat menjadi Rp1.969 triliun. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/kye/16

Jakarta, Aktual.com — Menteri BUMN Rini Soemarno memastikan PT Pertamina (Persero) akan menjadi induk usaha (holding) BUMN Energi di mana PT PGN (Persero) Tbk akan menjadi anak usaha Pertamina.

“Pertamina menjadi induk usaha membawahi PGN. Saham milik Pemerintah yang ada di PGN akan di-inbrengkan (digabung) ke Pertamina,” kata Rini di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (15/4).

Menurut Rini, prinsipnya yang menjadi induk usaha itu adalah Pertamina yang sahamnya 100 persen dimiliki oleh negara.

Ia menjelaskan proses pembentukan Holding BUMN Energi tersebut sudah mencapai tahap finalisasi sehingga implementasinya tinggal menunggu draft Peraturan Pemerintah (PP) yang diharapkan selesai sekitar pertengahan Juli 2016.

“Jika semua aspek kajian sudah selesai termasuk maka diharapkan pada September 2016, Holding BUMN itu sudah resmi terbentuk,” ujar Rini.

Pembentukan Holding BUMN Energi merupakan bagian dari program holdingisasi pada 5 sektor lainnya, yaitu Holding BUMN Keuangan, BUMN Konstruksi dan Rekayasa, BUMN Jalan Tol, BUMN Tambang, BUMN Perumahan.

“Penggabungan Pertamina dan PGN dalam satu holding memicu terjadinya efisiensi agar kedua perusahaan lebih fokus pada bisnis inti. Selama ini investasi yang dijalankan keduanya sering tumpang tindih,” katanya.

Dengan begitu, PT Pertagas, anak usaha Pertamina yang bergerak pada produksi gas bisa digabungkan ke dalam PGN sehingga pipa yang selama ini dibangun sendiri-sendiri bisa tersambung satu sama lain.

Dengan begitu, akan tercipta nilai perusahaan secara signifikan, karena tidak lagi terjadi investasi ganda antara Pertagas dan PGN. Pertamina, misalnya investasi Rp3 triliun pada pipa gas setiap tahun. Jika investasi itu dikali lima tahun maka mencapai Rp 15 triliun, nilai yang besar bisa dialihkan untuk investasi PGN.

“Dengan penyatuan operasi ini akan meningkatkan kemampuan investasi untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur pipa yang lebih baik dan efisien,” ujar Rini.

Sementara itu, Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN Edwin Hidayat, mengatakan dalam struktur holding BUMN Energi tersebut, Pemerintah akan memiliki satu saham Dwi Warna dimana mempunyai hak untuk menentukan direksi perusahaan.

“Dengan penggabungan ini total aset kedua perusahaan bisa melonjak signifikan. Pertamina memiliki aset sekitar 60 miliar dolar AS, sedangkan PGN berkisar 10 miliar dolar AS. PGN perusahaan terbuka yang memiliki cash flow yang kuat,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Arbie Marwan