Menurut Dosen Ilmu Komunikas UI Chandra Kirana, iklan rokok menjadi penyumbang anak bisa terpengaruh untuk mencoba merokok. Tren itu dia lihat dari belanja iklan rokok dari tahun 2010 – 2018, dan belanja iklan yang terbesar di TV terjadi di 2016. Pada 2016, kata dia, Dunhill tercatat sebagai merek dengan belanja iklan terbesar 2016.
“Melonjak hampir 5 x dari belanja iklan tahun sebelumnya. Belanja iklan di TV & cetak: Rp 955,7 miliar,” kata dia merujuk dalam data.
Perusahaan rokok, kata dia, sejauh ini telah melakukan upaya peremajaan iklan demi meraih pangsa pasar baru yakni anak muda, karena iklan yang lama dirasakan sudah tidak pas untuk generasi muda dan dianggap “jadul”.
“Proses ini akan dilakukan terus-menerus, tiada henti, a never ending process demi meraih kaum muda sebagai potential buyers,” kata dia.
Menurut dia, isu soal rokok ini menjadi penting ketika Kementerian Kesehatan juga melalui media sosialnya menyebut “iklan rokok menyasar remaja,”, sehingga isu ini sangat penting. “Kalau kita bicara kenapa iklan rokok ini menjadi penting, karena mereka masuk kategori lifestyle seperti yang dikuti dari Kompas.com,” kata dia.
Dia mengatakan, secara garis besar di depan layar film bila terus disuguhkan iklan-iklan. Maka yang terjadi adalah, resiko yang ingin menyundut atau menyulut rokok akan lebih besar. “Saya tidak menyebut bahwa orang lihat iklan orang langsung beli rokok, tidak seperti itu. Tapi iklan menjadi salah satu cara untuk orang tertarik terhadap rokok,” katanya.
Iklan rokok, lanjut dia, sama halnya seperti iklan produk budaya yang dikonsumsi dari media-media tertentu dan itu akan meneguhkan keyakinan seseorang. Juga, kata dia, meneguhkan nilai bahwa sesuatu itu layak dikonsumsi dan itu baik-baik saja. 90 persen, kata dia, remaja terpapar iklan rokok, misal iklan rokok yang menampilkan iklan keren akan mempengaruhi keinginan remaja untuk merokok.
“Hal ini diambil kutipan dari Rizqi dari SMA Negeri 30 Jakarta dalam peringatan hari tanpa tembakau di Jakarta. Bahwa remaja yang duduk di kelas 7 ini, dia terpengaruh iklan rokok. Kenapa alasannya, soalnya yang di televisi ini rokoknya gak berbahaya,” kata dia.
Apa yang disampaikan oleh Rizqi ini, kata dia menjadi menarik, karena harus daikui bahwa iklan-iklan yang ditampilkan oleh perusahaan rokok nyaris tidak ada yang tidak keren. Itu semua, lanjut dia, dibuat secara serius, menampilkan sosok muda, keren, dinamis, petualang, berani.
Sekalipun beberapa orang mengakui bahwa tidak terpengaruh, tapi beberapa lagi yang terpengaruh, bahkan suatu hari kalau dipakai istilah “cika”, didukung oleh kalangan rokok, secara otomatis bakal orang yang tidak merokok bisa terpengaruh.
“Dalam beberapa situasi sepert ini, termasuk saya juga harus mengatakan bahwa meski pun tekanan kelompok tidak berpengaruh sangat besar terhadap prilaku kita, tapi prilaku kelompok itu bisa menyumbangkan,” katanya.
Fakta, Iklan Rokok di Warung-warung