Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan (Menkeu) yang sekaligus Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI), Chatib Basri mengatakan pelemahan rupiah dan mata uang negara lain kerap terjadi menjelang FOMC Meeting. Depresiasi hebat akan menimpa mata uang negara-negara penghasil sumber daya alam, termasuk Indonesia.

“Kekhawatiran normalisasi kebijakan moneter di AS sudah terjadi sejak lama, dan setiap kali jelang FOMC Meeting, tekanan ke mata uang selalu terjadi. Tekanan itu ada di semua mata uang terutama negara penghasil sumber daya alam, seperti Indonesia, Brazil, Afrika Selatan dan lainnya,” kata dia ditemui di Indonesia Infrastructure Finance Conference di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (17/6).

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga kini masih dibayangi rencana kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve yang penuh ketidakpastian.

Menurut pria yang menjabat sebagai Komisaris Independen PT Indonesia Infrastructur Finance (IIF) ini, tren pelemahan terhadap kurs rupiah masih akan terus berlangsung selama belum ada kepastian mengenai kebijakan tersebut. Dan hanya The Fed yang mengetahui kapan pastinya suku bunga acuan akan dinaikkan.

Dalam hal ini, Chatib memprediksi Fed rate tidak akan naik pada Juli atau tengah tahun ini. Lebih lanjut dikatakan dia, kemungkinan Fed Rate akan naik pada awal tahun depan. Sehingga kekuatan dolar yang diikuti pelemahan rupiah diprediksi juga akan berlangsung hingga akhir tahun tersebut.

“Tapi menurut saya belum akan naik Juli atau tengah tahun ini. Tapi mungkin akhir tahun ini atau tahun depan. Jadi harusnya The Fed naikkan saja suku bunganya, supaya orang enggak punya ekspektasi lagi mengenai itu dan akhirnya price in,” tegas dia.

Hal ini, lanjut Chatib, pernah terjadi saat Gubernur Bank Sentral AS Bernanke akan mengakhiri kebijakan Quantitative Easing pada 2013. “Ketika Bernanke mengakhiri QE, market langsung price in dan exchange rate kembali stabil,” terangnya.

Terkait kisaran tekanan rupiah sampai akhir tahun, Chatib enggan memproyeksikannya. “Saya tidak mau komen, kalau saya tahu, saya sudah kerja di trading valas,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh: