Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS dibuka di kisaran Rp14.006 dan sempat mencapai posisi tertinggi pada level Rp14.017 karena imbas dari perang mata uang (currency wars).

Jakarta, Aktual.com — Komisi XI memanggil Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution ke DPR untuk meminta solusi seputar masalah ekonomi, khususnya keterpurukan nilai rupiah terhadap dolar AS.

Selain itu juga akan mengundang Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan Bappenas.

“Kita akan bahas solusi pemerintah terhadap pelemahan rupiah yang terus berkelanjutan. Memang di asumsi makro kita nilai tukar rupiah untuk APBN Rp13.400 dari US dollar. Tapi kenyataan sekarang mencapai Rp14.000,” ujar Anggota Komisi XI Nurdin Tampubolon, usai RDP dengan OJK dan BI di DPR, Jakarta, Senin (24/8).

Nurdin mengatakan, yang paling penting dilakukan pemerintah sekarang adalah bagaimana mengatasi defisit. Defisit perdagangan menjadi salah satu faktor utama dari pelemahan rupiah.

“Artinya dolar yang keluar dari Indonesia lebih banyak daripada dolar yang masuk. Jadi misal, kita ekspor direncanakan tahun 2016 hanya Rp1700/1800 triliun. Sementara import kita mencapai Rp2.000 triliun, jadi kita defisit Rp200-300 triliun. Akibat dari itu dolar kita akan semakin sedikit karena keluar terus,” jelasnya.

Terlebih, lanjut Nurdin, belum lagi adanya eksportir nakal yang memarkir dolar di luar negeri atas hasil ekspornya.

“Nah pemerintah sekarang harus berani mengambil kebijakan menarik dolar yang diparkir oleh para konglomerat di luar negeri itu akibat hasil ekspornya. Dan juga berani melakukan penekanan impor untuk menurunkan defisit ini,” katanya.

Ketua Fraksi Hanura di DPR ini pun menilai pemerintah harus mencari kunci solusi bagaimana mengurangi defisit dan membuat defisit menjadi surplus.

“Selama kita mengalami defisit nilai tukar rupiah akan berkelanjutan untuk melemah,”

“Ini yang dikhawatirkan maka kita undang Menkoekuin, Bappenas, Menkeu, BI, OJK dan instansi terkait membahas apa aksi nyata yang mereka lakukan untuk menurunkan impor dan menaikkan ekspor sekaligus memperbaiki nilai tukar rupiah kita.”

Artikel ini ditulis oleh: