“Kita siap untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan Uni Eropa beserta negara-negara anggotanya berdasarkan kesetaraan, penghormatan terhadap kepentingan nasional serta saling ketergantungan yang obyektif dalam bidang ekonomi, dikondisikan dengan kedekatan wilayah serta saling melengkapi,” kata kementerian.

Dalam pembicaraan yang akan berlangsung, Mogherini dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov akan mengkaji aspek-aspek utama hubungan bilateral, menurut laporan.

Keduanya juga akan membahas berbagi masalah internasional, termasuk situasi di Ukraina, Balkan Barat, Suriah, Irak, Libya, program nuklir Iran dan pembangunan permukiman di Timur Tengah.

Yang paling krusial dalam hubungan Rusia-Uni Eropa adalah Ukraina. Selama ini Rusia bercuriga Ukraina telah menjadi negara pemasok persenjataan bagi Georgia dan negara-negara eks Soviet lainnya. Selain dari itu, Ukraina yang notabene banyak penduduknya yang Yahudi, disinyalir sejak era Perang Dingin pun, banyak dijadikan sebagai agen ganda atau mata-mata oleh CIA maupun intelijen Inggris MI6.

Menurut Hari Samputra Agus, salah seorang peneliti Global Future Institute, Ukraina secara etnik dan psiko-grafis pada umumnya, lebih merasa dekat dengan Polandia daripada Rusia. Dan kesadaran kolektif ini sudah berlangsung secara turun-temurun.

Masuk akal juga analisis ini. Dan cukup membantu untuk menjelaskan berbagai konflik yang melibatkan kedua negara akhir-akhir ini. Baru-baru ini, 29 Juli lalu, Rusia mengusir seorang diplomat Ukraina untuk secepatnya keluar dari Rusia. Alasannya, sebagaimahna diutarakan Kementerian Luar Negeri Rusia, diplomat Ukraina tersebut kerap memprakarsai gerakan-gerakan anti-Rusia di Moskow.

Namun itu hanyalah puncak dari gunung es. Krisis diplomatik Rusia-Ukraina juga dipicu oleh penyewaan pangkalan Armada Laut Hitam oleh Rusia di Sevastopol di Semenanjung Crimea yang dihuni mayoritas etnik Rusia. Dan  isu pangkalan ini terus menjadi duri dalam daging dari hubungan antara Moskow dan Kiev sejak kemerdekaan Ukraina pada 1991.

Hubugan kian memburuk ketika Ukraina berniat menjadi anggota negara-negara Pakta Pertahanan NATO yang didominasi Amerika dan Eropa Barat. Belum lagi soal perselisihan mengenai ongkos pengiriman gas Rusia ke Eropa yang harus melalui pipa saluran gas Ukraina.

Hal itu semakin diperparah ketika AS dan Uni Eropa menggunakan isu Ukraina untuk mengepung dan menangkal pengaruh Rusia di Eropa Barat dan tentunya Uni Eropa.

Wisnu/Hendrajit

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu