Jakarta, Aktual.com – Sebagai salah satu sahabat terdekat dan sepupu Nabi Muhammad SAW, Sayyidina Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai sosok yang bijak dalam memberikan petuah dan nasihat. Tokoh yang menjadi pemeluk Islam pertama ini juga memiliki kata-kata bijak yang bisa kita jadikan sebagai inspirasi dalam menjalani kehidupan. Beliau banyak meninggalkan pesan-pesan indah, nasihat dan surat-surat yang terdokumentasi hingga sekarang.

Diantara untaian nasihat beliau yang terkenal terdapat dalam sebuah surat yang begitu indah, ditulis oleh Sayyidina Ali ditujukan kepada putranya Sayyidina Hasan pada akhir umur beliau saat Hasan bin Ali tengah berusia 35 atau 36 tahun, sepulang beliau dari peperangan ‘Shiffin,’ perang yang terjadi antara pasukan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan pasukan Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang terjadi pada tahun 657 M.

Dalam kitab Nahjul Balaghah disebutkan bahwa surat itu ditulis di sebuah tempat bernama Hadhirin namun tidak diketahui secara jelas makna kata itu apakah kata tersebut adalah nama sebuah tempat ataukah bukan nama tempat dan merupakan bentuk jamak (plural) dari kata Hadhir.

Banyak hikmah, nasihat dan motivasi, yang bisa kita ambil dari isi surat tersebut, bahkan Abu Ahmad Askari, seorang ulama besar Sunni dalam “Al-Zawajir wa al-Mawaidh” mengatakan,

“Bila terdapat hikmah yang layak untuk ditulis dengan tinta emas, maka hikmah itu adalah surat Imam Ali as ini.”

***

Berikut adalah terjemahan dari isi surat itu:

Saya adalah seorang ayah yang pasti berakhir wujudnya di dunia ini. Tidak lama lagi akan mati dan pasti mati. Saya tadinya berkesimpulan bahwa saya tidak mau memperhatikan selain diri saya tetapi tidak lama kemudian saya sadar bahwa engkau wahai anakku adalah diriku. Jadi saya harus mengingat engkau. Saya harus memperhatikan engkau. Saya tidak bisa hanya memikirkan diriku karena saya melihat engkau adalah diriku.

Hidupkanlah hatimu dengan menerima nasihat. Padamkan nafsumu dengan zuhud dengan kekuatan keyakinan. Terangi hatimu dengan hikmah dan tundukan ia dengan mengingat maut serta mantapkan ia dengan kesadaran akan kepunahan segala sesuatu yang berada di alam raya ini. Tunjukkan kepadanya yakni kepada hatimu, aneka petaka dadakan di dunia. Tunjukkan, peringatkan ia dengan pergolakan masa dan keburukan yang terjadi pada pergantian malam dan siang. Paparkan ke benakmu sejarah generasi masa lalu dan ingatkan juga benakmu tentang apa yang menimpa orang-orang sebelummu. Jelajahilah pemukiman dan peninggalan mereka lalu renungkanlah apa yang telah mereka lakukan, dari mana mereka datang lalu kemana mereka berpindah dan dimana kemudian mereka akan tinggal menetap.

Engkau akan menemukan mereka meninggalkan kekasih dan bermukim di negeri yang asing bagi mereka dan engkau seakan-akan tidak lama lagi akan menjadi seperti salah seorang dari mereka itu. Maka karena itu perbaikilah tempat tinggalmu, jangan menjual akhiratmu dengan duniamu dan hindari berucap menyangkut apa yang tidak engkau ketahui atau berbicara menyangkut yang bukan urusanmu. Jangan ikuti satu jalan jika engkau takut tersesat bila menelusurinya karena berhenti pada kebingungan tersesat lebih baik daripada mengarungi bahaya kesesatan. Ketahuilah wahai anakku, bahwa yang paling kusukai untuk engkau amalkan dari wasiatku ini adalah bertakwa kepada Allah dan membatasi diri mengamalkan apa yang diwajibkan atasmu serta meneladani leluhurmu dan orang-orang yang shaleh dari keluargamu. Mereka itu tidak mengabaikan renungan tentang diri mereka sebagaimana engkau berpotensi merenung dan mereka berpikir sebagaimana engkau berpotensi untuk berpikir, lalu pada akhirnya mereka mengamalkan apa yang mereka ketahui dan mengabaikan untuk memikirkan apa yang tidak dibebankan atas mereka.

Seandainya jiwamu enggan menerima begitu saja apa yang mereka ketahui sebelum engkau mengetahuinya melalui cara mereka tahu (pikirkan) maka hendaklah engkau mempelajarinya dengan tekun dan seksama tapi bukan untuk tujuan berbantah-bantahan. Hai anakku, jadikanlah dirimu neraca antara dirimu dengan selainmu karena itu sukailah untuk orang lain apa yang engkau sukai buat dirimu dan bencilah untuknya apa yang engkau benci. Jangan menganiaya orang lain sebagaimana engkau enggan dianiaya dan berbuat baiklah sebagaimana engkau senang diperlakukan dengan baik. Anggap buruklah apa yang terdapat pada dirimu yang engkau anggap buruk  disandang oleh orang lain. Puaslah dengan apa yang engkau terima dari orang lain sebagaimana kepuasanmu memberi untuk orang lain. Jangan mengucapkan apa yang engkau tidak ketahui walau pengetahuanmu sedikit. Jangan juga mengucapkan sesuatu yang engkau tidak senang orang lain mengucapkannya kepadamu. Ketahuilah bahwa kebanggaan yang tidak berdasar pada diri sendiri merupakan lawan dari kebenaran serta penyakit yang menimpa pemikiran yang jernih. Nafkahkanlah harta hasil usahamu dan jangan menjadi penyimpan buat orang lain. Kemudian , jika engkau telah menerima hidayah menuju kebenaran maka hendaklah engkau menjadi orang yang paling khusyuk dan patuh kepada Tuhanmu. Ketahuilah bahwa di hadapanmu ada jalan yang berjarak sangat jauh dan kesulitan yang sangat berat sehingga engkau harus pandai-pandai menempuh jalan dengan benar dan pandai-pandai juga mengukur kadar bekalmu agar engkau sampai ke tujuan. Tapi jangan sampai bekal itu memberatkanmu sehingga mengakibatkan bencana atas dirimu. Apabila engkau mendapati seorang butuh dan bersedia memikul bekalmu menuju hari kiamat untuk kemudian dia menyerahkannya kepadamu, maka sambutlah keinginannya itu.

Gunakanlah kesempatan menghutangi siapa yang meminta diberi hutang pada saat engkau mampu agar dia dapat mengembalikan hutangnya saat krisis menimpamu. Ketahuilah bahwa di hadapanmu  terdapat jalan mendaki yang sulit, yang tidak ringan bebannya. Ketahuilah bahwa penguasa perbendaharaan langit dan bumi yakni Allah SWT mengizinkanmu berdoa dan menjamin untuk mengabulkannya. Dia tidak menjadikan antara engkau dengan Dia Yang Maha Kuasa itu siapapun yang menghalangimu, tidak juga menjadikan antara engkau dengan Dia seseorang yang engkau mintai pertolongan untuk mendoakanmu. Dia tidak menghalangimu untuk bertaubat, dia tidak mengejek dan mengecammu jika engkau kembali kepadaNya. Dia juga tidak bergegas menjatuhkan siksa sebagaimana Dia tidak mempermalukanmu di saat engkau berpotensi untuk dipermalukan.

Ketahuilah wahai anakku bahwa engkau diciptakan untuk berlanjut hidupmu hingga akhirat bukan sekadar di dunia. Engkau diciptakan di dunia ini untuk punah bukan untuk kekal. Untuk mati, bukan untuk hidup langgeng disini dan sungguh engkau bertempat tinggal di suatu tempat yang mengharuskanmu berpindah ke akhirat. Engkau dikejar oleh maut yang tidak seorangpun berhasil luput dari kejarannya sehingga pasti semua terkejar olehnya. Karena itu, hati-hatilah. Jangan sampai engkau terkejar olehnya dalam keadaan yang pernah suatu ketika terbetik keinginanmu untuk bertaubat tetapi ada aral yang merintangi engkau dengan keinginanmu itu lalu tiba-tiba maut datang merenggut nyawamu, sehingga engkau tidak sempat bertaubat. Sebentar lagi akan tersingkap kegelapan, para musafirpun segera akan tiba, ketahuilah wahai anakku bahwa siapa yang kendaraannya adalah malam dan siang, maka pasti malam dan siang itu akan membawanya walau ia menetap tanpa bergerak. Dan pasti juga jarak betapapun jauhnya akan ditempuhnya walau dia diam dengan tenang.

Ketahuilah dengan penuh keyakinan bahwa engkau tidak akan mencapai seluruh harapanmu. Temanilah orang-orang baik, engkau menjadi bagian dari mereka dan hindari serta berbedalah dengan orang-orang buruk, engkau berbeda dengan mereka. Seburuk-buruk makanan adalah yang haram. Seburuk-buruk penganiayaan adalah menganiaya yang lemah. Penggunaan kelemah lembutan jika bukan pada tempatnya, menambah kekerasan. Sedang bersikap tegas pada tempatnya melahirkan kelemah lembutan. Bisa jadi yang dianggap obat adalah penyakit dan yang dianggap penyakit adalah obat. Bisa jadi yang memberi nasehat adalah orang yang tidak wajar memberinya dan bisa jadi juga yang dimintai nasehat justru menjerumuskan. Jangan sekali-kali mengandalkan angan-angan kosong karena ia adalah sikap si picik. Kecerdasan adalah memelihara pengalaman dan sebaik-baik pengalamanmu adalah yang menasehatimu. Gunakan kesempatan sebelum terlambat, tidak semua yang mencari menemukan apa yang dicarinya. Tidak juga yang pergi akan kembali, termasuk bagian dari keburukan adalah menyia-nyiakan bekal dan memperburuk masa depan. Segala sesuatu ada akhirnya dan pasti akan datang menemuimu apa yang telah ditetapkan Allah atasmu. Pedagang itu berspekulasi, bisa jadi yang sedikit lebih berkembang daripada yang banyak. Tidak ada baiknya seorang penolong yang hina atau menghina, tidak juga teman yang kikir atau berburuk sangka. Ambil dari perjalanan masa kini apa yang dipersembahkan kepadamu, jangan berlalu terlalu berani mengorbankan sesuatu dengan mengharapkan perolehan yang lebih banyak.

Jangan mengendarai perdebatan karena dia dapat menjerumuskanmu. Pertahankanlah jaringan hubungan dengan saudara dan temanmu saat dia memutus hubungan denganmu dan teruslah berbuat baik kepadanya kendati dia menolakmu. Mendekatlah kendati dia menjauh. Berilah kendati dia kikir. Berlemah lembutlah kendati dia kasar. Carilah alasan pembenaran kendati dia bersalah. Lakukan itu seakan-akan engkau hambanya dan seakan-akan dia adalah pemberi nikmat kepadamu. Tetapi hati-hati, jangan letakkan itu bukan pada tempatnya atau melakukannya bukan pada sosok yang wajar menerimanya. Jangan sekali-kali menjadikan musuh sahabatmu sebagai sahabat karena itu berarti engkau memusuhi sahabatmu. Tuluslah menasehati saudara atau temanmu baik itu bermanfaat untukmu maupun merugikanmu. Pendamlah amarah. Aku tidak pernah melihat sesuatu yang dipendam lebih manis, tidak juga lebih baik dampaknya sebagaimana memendam amarah. Bersikap lemah lembutlah kepada yang kasar kepadamu niscaya segera dia akan bersikap baik kepadamu. Perlakukanlah musuhmu dengan baik karena itu adalah kemenangan terbaik dari dua kemenangan. Apabilah engkau bermaksud memutus hubungan dengan seseorang maka simpan sedikit peluang di dalam hatimu siapa tahu suatu ketika dia berniat memperbaiki diri. Dan siapa yang menilaimu baik, maka benarkan penilaiannya yakni buktikan. Jangan sekali-kali mengabaikan hak temanmu dengan ber-andalkan dengan hubungan baikmu dengannya, karena siapa yang engkau abaikan haknya, maka ia tidak lagi menjadi temanmu. Jangan sampai keluarga menjadi orang yang paling sengsara karena ulahmu, jangan juga mengharap dari siapa yang tidak menyenangimu. Jangan sekali-kali temanmu lebih kuat tekadnya untuk memutuskan hubungan daripada tekadmu untuk menjalin hubungan baik, jangan juga dorongan untuk berbuat baik lebih kuat dalam dirimu daripada dorongan berbuat baik orang lain. Jangan memperbesar dalam hatimu kezaliman orang lain terhadap dirimu dengan membalas kezaliman itu. Sesungguhnya sikapnya itu (yang menzalimi) merugikan dirinya dan menguntungkan kamu. Balasan orang yang berbuat baik bukanlah dengan berbuat jahat kepadanya. Boleh jadi ada yang jauh tapi lebih dekat daripada yang dekat, dan boleh jadi ada yang dekat tapi lebih jauh daripada yang jauh. Bisa jadi keputusasaan  untuk mencapai sesuatu merupakan pencapaian. Tanyakanlah tentang  teman yang menemanimu dalam perjalanan sebelum bertanya kemana akan pergi dan utamakanlah tetangga sebelum rumah kediamanmu. Hindari mengucapkan sesuatu yang menertawakan walau itu bersumber dari orang lain. Hormatilah keluarga besarmu karena mereka sayap yang membawamu terbang dan merekalah asal usulmu yang engkau berakhir pada mereka dan mereka juga tangan yang engkau gunakan berjuang.

Akhirnya, aku menitipkan agama dan duniamu kepada Allah. Aku bermohon sebaik-baik ketetapanNya untukmu di masa datang  yang dekat maupun masa datang yang jauh, di dunia dan di akhirat.

Wassalam.”

***

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin