Jakarta, Aktual.com – Syekh Muhammad Al-Ghazali, seorang da’i besar di Mesir, pernah bercerita tentang seorang wanita yang memiliki keutamaan lebih dari lelaki manapun. Cerita ini adalah tentang seorang sahabat Rasulullah yang bernama Nasibah binti Ka’ab radhiyallahu ‘anha, seorang wanita tangguh yang selalu menjadi orang terdepan dalam barisan di setiap peperangan.

Keteguhan dan keberanian Nasibah ra. terlihat pada saat ia berperang bersama Rasulullah pada perang Uhud. Saat pasukan muslimin terpukul mundur dan barisan muslim terpecah dan tercerai berai, ia menjadi salah satu orang yang terus bertahan dan melindungi Rasulullah dari serangan kaum musyrikin yang hendak menyerangnya.
Melihat hal itu, Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam pun mengomentari keteguhan Nasibah dan memujinya. Rasulullah bersabda:
لَمَقَامُ نَسِيْبَةَ اليَوْمَ خَيْرٌ مِنْ مَقَامِ فُلَانٍ وَفُلَانٍ!
Artinya: Pada hari ini, derajat Nasibah lebih utama dari pada si fulan dan si fulan (beliau menyebut beberapa nama sahabat lain)

Rasulullah juga bersabda:
ماَ الْتَفَتُّ يَمِيْنًا وَلَا شِمَالًا إِلَّا وَأَنَا أَرَاهَا تُقَاتِلُ دُوْنِيْ
Artinya: Setiap saya menoleh, baik ke kanan maupun ke kiri, saya selalu melihat Nasibah bergelut untuk melindungiku.

Dalam keadaan yang terdesak dan pasukan yang tercerai berai, ia terus bertahan melindungi Rasulullah dengan segala upaya. Ia pun terluka lebih dari tiga belas tusukan dan sayatan pedang, dan perlu waktu satu tahun baginya untuk sembuh dari luka-lukanya itu.

Nasibah berceria bahwa Rasulullah melihatnya berperang tanpa menggunakan baju besi sebagai pelindung, lalu Rasulullah melihat seorang lelaki dengan baju pelindung namun mundur ke belakang barisan, akhirnya Rasulullah memanggil lelaki itu dan menyuruhnya untuk memberikan baju besinya kepada Nasibah.

Ia termasuk kepada jajaran sahabat yang utama, keutamaannya itu terlihat dari keikutsertaannya pada baiat ‘Aqabah dan baiat Ridwan yang telah Allah ukir keutamaan mereka di dalam ayat 18 hingga 20 dari surat al-Fath.

Setelah Rasulullah wafat, ia tetap ikut menjadi pasukan yang diutus oleh Khalifah Abu Bakar ra. untuk memerangi pasukan nabi palsu Musailamah al-Kadzab dan memerangi orang-orang murtad. Ia bersama putranya ikut berperang di bawah pimpinan Panglima Khalid bin Walid. Dalam sebuah pertempuran dahsyat di Yamamah, anaknya terbunuh, ia pun terkena tebasan pedang hingga tangannya terputus. Ia pun kemudian pulang ke Madinah dan diberikan fasilitas penyembuhan oleh Abu Bakar hingga ia sembuh.

Di antara hikmah yang bisa diambil dari kisah ini adalah bahwa tidak ada halangan bagi seorang wanita untuk berjuang di jalan Allah dengan cara yang bisa dilakukan. Hijab yang menutupi diri bukanlah sebuah halangan bagi wanita untuk berkreasi dan bekerja mengaktualisasikan diri. Jangankan untuk bekerja, hijab yang dikenakan oleh Nasibah tidak menghalanginya untuk ikut berperang bersama para lelaki.

Semoga Allah memberikan balasan yang terbaik bagi Nasibah beserta para sahabat yang telah berkorban harta dan nyawa demi tegaknya agama ini.

Penulis: Fahmi Hasan

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid