Jakarta, Aktual.com — Demi memperingati Hari Toleransi Internasional pada 16 November 2015 mendatang, pengikut Gus Dur (atau biasa disebut ‘Gusdurian’), menggandeng Visinema Picture untuk menayangkan Film “Cahaya Dari Timur: Beta Maluku” di 60 layar di seluruh Indonesia.

Puteri bungsu Almarhum Gus Dur, Inaya Wahid menjelaskan, alasan ‘Gusdurian’ untuk menggelar nobar film ‘Cahaya dari Timur, Beta Maluku’ sebagai gambaran kehidupan bertoleransi khususnya di Indonesia.

“Kenapa kita pilih ‘Cahaya Dari Timur, Beta Maluku?’ Filmnya bagus, sinematografinya juga bagus. Dan yang paling penting, pesan yang disampaikan film ini kuat. Seperti pesan Gus Dur, Toleransi bukan hanya soal pemahanan, tapi pengalaman. Tokoh Sani benar-benar mengejawantahkan itu,” demikian kata Inayah di Jakarta, Kamis (13/11).

Harapannya, daerah-daerah yang memang belum ‘tersentuh’ bioskop bisa menikmati film yang menggambarkan tentang toleransi beragama.

“Tidak hanya nonton ya, tapi dijadikan pengalaman di kehidupan sehari-hari. Saya rasa itu pesannya,” ungkapnya.

Diharapkan, film ini juga bisa menjangkau daerah-daerah yang sedang atau berpotensi konflik.

Angga Dwimas Sasongko, Sutradara ‘Cahaya dari Timur: Beta Maluku’ menyebutkan, saat ini penyebaran bioskop di Indonesia belum merata. 75 persen bioskop ada di Pulau Jawa dan 25 persennya ada di Jakarta.

“Jadi misi untuk distribusi bioskop kita lakukan dengan cara seperti ini,” bebernya.

Prosuder Film Cahaya Dari Timur Beta Maluku, Glenn Fredly menyambut antusias pemutaran filmnya di 60 layar di seluruh Indonesia. Sebab tujuan dari pembuatan film tersebut memang ingin menggambarkan kehidupan di Indonesia.

“Ini bicara toleransi, jadi pesannya memang harus sampai. Apa sih keberagaman. Sekarangkan orang pakai gadget, jadi dunia keliatan flat gitu. Saya salah satu penyuka Gusdur, dan pesan beliau tentang toleransi cukup banyak menginspirasi,” katanya lagi.

Glenn berharap, film-film tentang pesan kemanusian, toleransi seperti Cahaya Dari Timur Beta Maluku bisa menggerakkan banyak orang setidaknya untuk memahami fungsi toleransi.

“Film bisa menyelesaikan problem, no. tapi film bisa membuka ruang dialog, yes,” tegas pelantun ‘hits Kasih Putih’ itu.

“Ini kerja substain, kita berbicara tentang ekosistem, antara sponsorship, filmaker, sampai rilis ke masyarakat. Kita kayak lagi ngerajut membuat ekosistem film Indonesia ini bisa berjalan. Apalagi saya yang bisa dibilang ‘New Kids on the Block’,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh: