Jakarta, Aktual.com — Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan melakukan penyempurnaan fitur Obligasi Negara untuk investor ritel dengan tingkat kupon mengambang (saving bonds ritel) yang siap terbit kembali pada 2016.

“Tahun ini tidak ada ‘saving bonds ritel’, namun kita sudah melakukan penyempurnaan supaya bisa dijaminkan dan di ‘redemption’ lebih awal,” kata Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Loto Srinaita Ginting di Jakarta, Senin (19/10).

Loto mengatakan penyempurnaan instrumen tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memperluas basis investor pasar Surat Berharga Negara dari sektor ritel atau investor individu.

“Kalau investor ritel mau beli banyak, kita perbanyak lagi. Tahun depan kalau ‘demand apetitte’ investor lebih besar, nampaknya kita mengakomodir atau melakukan ‘entertain’ atas pemesanan tersebut,” jelasnya.

Selain rencana untuk menerbitkan lagi “saving bonds ritel”, pemerintah kemungkinan juga ingin menambah jumlah investor dari instrumen Obligasi Negara Ritel Seri ORI yang mulai diminati oleh masyarakat.

“Memang ada proses untuk menanyakan ke agen penjual, seberapa besar minat investor untuk penyempurnaan ‘saving bonds ritel’. Kalau minat tersebut besar, kita akan luncurkan ‘saving bonds’ di semester satu dan ORI di semester dua,” tambah Loto.

Sebelumnya, pemerintah menerbitkan Saving Bonds Ritel (SBR) seri SBR001 yang memiliki jenis kupon mengambang dengan tingkat kupon minimal (floating with floor) untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan di APBN 2014.

Instrumen ritel ini diterbitkan bagi investor individu WNI, yang merupakan sumber pembangunan potensial untuk dikelola, guna mengurangi peran utang luar negeri secara bertahap dalam pembiayaan APBN.

Sementara, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan pada Kamis menetapkan hasil penjatahan Obligasi Negara Ritel Seri ORI012 sebesar Rp27,4 triliun atau lebih tinggi dari target indikatif awal Rp20 triliun.

Loto menjelaskan tingginya minat masyarakat terhadap ORI012, meskipun saat ini kondisi ekonomi global sedang mengalami perlambatan, salah satunya karena tingkat kupon obligasi ritel yang lebih menarik dari bunga deposito.

Hingga Oktober 2015, porsi kepemilikan asing di pasar Surat Berharga Negara telah mencapai Rp523,75 triliun atau 38,06 persen dari keseluruhan total utang di pasar obligasi negara sebesar Rp2.300 triliun.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan