Karyawan penukaran mata uang asing menunjukkan mata uang dolar dan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (9/11). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada saat jeda siang ini kian terpuruk di zona merah. Rupiah ditutup terapresiasi tipis 0,02% atau 2 poin ke level Rp13.084 per dolar AS setelah diperdagangkan pada kisaran Rp13.058 – Rp13.099 per dolar AS. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (USD) pada perdagangan hari ini diperkirakan masih akan mengalami pelemahan. Kendati penutupan di awal pekan kemarin sempat menguat, namun sentiment domestik yang positif masih minim diperkirakan akan membuat laju rupiah kembali di zona merah.

Mengutip Bloomberg Selasa ini, rupiah dibuka di level Rp13.345. Atau mengalami pelemahan 5 poin dari penutupan kemarin di posisi Rp13.340. Rupiah pun terlihat masih lunglai sepanjang satu jam pertama sejak pembukaan ini. Terlihat, pelaku pasar masih ogah melakukan transaksi, sehingga tetap stagnan di posisi Rp13.345 itu.

Menurut analis pasar uang Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, kondisi rupiah yang masih menggantungkan terhadap kondisi global itu sangat riskan untuk melemah. Dia menyebutkan posisi rupiah kemarin yang ditutup menguat ternyata hanya mengandalkan pelemaahn USD akibat komentar gubernur bank sentral AS,The Fed, Janet Yellen. Makanya saat ini rupiah kembali melamah.

“Itu karena lebih banyak dipengaruhi oleh faktor domestik, di mana hampir tak ada sentiment positif dari dalam negeri yang bisa membantu rupiah mengalami apresiasinya,” ungkap Reza di Jakarta, Selasa (29/8).

Dia menegaskan, kondisi rupiah secara keseluruhan akan lebih banyak dipengaruhi oleh sentiment global. Namun jika sentimen itu tak kuat, maka akan bergantung ke sentiment domestik.

Dia menambahkan, untuk kondisi penguatan kemarin, lebih banyak memanfaatkan pelemahan pada USD. Karena kemarin, pergerakan laju USD melemah setelah merespon pernyataan Yellen di akhir pekan dianggap gagal oleh pelaku pasar dalam menyampaikan pandangan moneternya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby