Telpon antara Trump dan Putin berlangsung hampir dua jam. Aktual/HO

Jakarta, aktual.com – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa pembicaraan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (3/7) tidak menghasilkan kemajuan berarti terkait upaya perdamaian di Ukraina.

“Saya tidak mendapat kemajuan apa pun darinya,” ujar Trump singkat kepada awak media di sebuah pangkalan udara dekat Washington sebelum bertolak ke Iowa untuk agenda kampanye.

Pernyataan itu datang setelah perbincangan hampir satu jam antara kedua pemimpin dunia yang digadang-gadang menjadi momentum diplomasi baru di tengah kebuntuan negosiasi perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Namun, hasilnya justru mengecewakan pihak Washington.

Sementara itu, Kremlin melalui penasihat Putin, Yuri Ushakov, menyatakan bahwa Presiden Rusia menegaskan kembali komitmennya untuk menyelesaikan “akar permasalahan” konflik, termasuk penolakan terhadap rencana keanggotaan Ukraina di NATO dan penghentian dukungan militer Barat terhadap Kyiv.

Ushakov menambahkan, tidak ada pembahasan mengenai jeda sementara pengiriman senjata AS ke Ukraina dalam percakapan tersebut. Moskow tetap membuka ruang dialog dengan Washington, namun bersikeras bahwa negosiasi damai harus dilakukan langsung antara Rusia dan Ukraina.

Beberapa jam setelah percakapan telepon berlangsung, serangan drone Rusia menghantam sebuah kompleks apartemen di wilayah utara Kyiv, menyebabkan kebakaran hebat. Saksi mata melaporkan ledakan besar dan tembakan dari sistem pertahanan udara Ukraina. Selain itu, lima warga sipil tewas akibat serangan artileri di wilayah timur Ukraina.

Situasi ini memicu tekanan politik di dalam negeri AS terhadap Trump. Sejumlah anggota Partai Republik sendiri mulai mendesak Trump agar bersikap lebih tegas terhadap Putin dan mendesaknya ke meja perundingan secara serius.

Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyampaikan dari Denmark bahwa ia berharap bisa berbicara langsung dengan Trump pada Jumat (4/7). Harapan itu muncul di tengah kekhawatiran atas penghentian sementara pengiriman senjata AS ke Kyiv.

Trump membantah bahwa aliran senjata telah dihentikan total, namun mengkritik mantan Presiden Joe Biden karena, menurutnya, telah menguras persediaan militer AS terlalu banyak. “Kami masih memberi senjata, tapi Biden sudah menguras semua cadangan kita. Kita harus memastikan persenjataan kita cukup,” ujarnya.

Menurut laporan Reuters, jeda pengiriman senjata ini disebabkan oleh menipisnya stok senjata penting AS, termasuk sistem pertahanan udara. Pentagon menyatakan bahwa pengurangan tersebut telah memengaruhi pengiriman rudal sistem Patriot — senjata vital yang digunakan Ukraina untuk menangkal misil balistik Rusia.

Pemerintah Ukraina telah memanggil pejabat tinggi AS di Kyiv untuk meminta penjelasan dan menegaskan pentingnya kelanjutan bantuan militer dari Washington. Mereka memperingatkan bahwa jeda pengiriman akan sangat merugikan pertahanan Ukraina di tengah serangan udara dan ofensif darat Rusia yang terus meningkat.

Putin sendiri belum menunjukkan tanda-tanda akan mengurangi agresinya. Alih-alih, ia justru disebut tengah memperluas pengaruh terhadap proses politik di Kyiv dan negara-negara Eropa Timur lainnya.

Dengan kebijakan Trump yang dinilai ambigu dan ancaman serangan Rusia yang terus meningkat, nasib Ukraina kini kian bergantung pada arah politik luar negeri Washington dalam beberapa bulan mendatang.

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano