Maulana Syarif Sidi Syaikh Dr. Yusri Rusydi Sayid Jabr Al Hasani saat menggelar Ta’lim, Dzikir dan Ihya Nisfu Sya’ban (menghidupkan Nisfu Say’ban) di Ma’had ar Raudhatu Ihsan wa Zawiyah Qadiriyah Syadziliyah Zawiyah Arraudhah Ihsan Foundation Jl. Tebet Barat VIII No. 50 Jakarta Selatan, Jumat (19/4/2019). AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, aktual.com – Shalat menjadi suatu perbuatan atau pekerjaan yang sangat utama dan mulia di dalam dunia ini. Jika seseorang melaksanakan shalat itu adalah salah satu isra’ atau bertemunya seorang hamba dengan Allah Swt.

Syekh Yusri hafidzahullah Ta’ala wa ro’ah menjelaskan dalam pengajian kitab Bahjat An-nufusnya, bahwa seseorang yang mengantuk di dalam solat, maka janganlah keluar dari solatnya tersebut, karena barang kali Allah mencabut nyawanya dalam keadaan yang sangat mulia ini. karena sesungguhnya shalat itu adalah merupakan hal (keadaan) seorang hamba yang paling utama di dunia ini. sebagaimana baginda Nabi bersabda:

خَيْرُ مَوْضُوعٍ مَنْ شَاءَ أَقَلَّ وَمَنْ شَاءَ أَكْثَرَ

“Shalat adalah sebaik-baik keadaan, barang siapa yang berkehendak maka sedikitkanlah, dan barang siapa yang berkehendak maka perbanyaklah,” (HR. Ahmad).

Hal ini adalah sebagaimana sabda baginda Nabi SAW :

إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ يُصَلِّى فَلْيَرْقُدْ حَتَّى يَذْهَبَ عَنْهُ النَّوْمُ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا صَلَّى وَهُوَ نَاعِسٌ لاَ يَدْرِى لَعَلَّهُ يَسْتَغْفِرُ فَيَسُبَّ نَفْسَهُ

“Apabila diantara kalian mengantuk dalam keadaan shalat maka tidurlah, sampai rasa ingin tidur itu benar-benar telah hilang darinya. Karena sesungguhnya seseorang yang shalat sedangkan dia mengantuk, maka dia tidak tahu apakah dirinya memintakan ampun kemudian mencaci maki dirinya,” (HR. Bukhari).

“Allah Ta’ala adalah Al Qahhar yang berarti Dzat yang Maha Memaksa, yang telah memaksa hamba-Nya untuk merasakan ngantuk dan tertidur, agar mengenalkan kepada dirinya tentang pintu alam ghaib (sesuatu yang tidak bisa terlihat oleh kasab mata),” tambah Syekh Yusri.

Karena sesungguhnya tidur adalah saudara kematian, dimana aturan alam tidur adalah seperti aturan alam kematian, yaitu bisa berpindah kemana yang dikehendaki tanpa terikat dengan waktu dan tempat, seperti halnya orang yang mermimpi ketika sedang tidur.

Allah Ta’ala telah berfirman

اللَّهُ يَتَوَفَّى الأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا

“Allah adalah Dzat yang mematikan jiwa ketika telah datang ajalnya, dan jiwa yang belum mati ketika ia dalam tidurnya,” (QS. Azzumar:42).

Dalam ayat ini telah dijelaskan tentang keterkaitan antara kematian dengan tidur, dimana kedua alam ini memiliki kesamaan dalam beberapa hal, yang diantaranya adalah tidak adanya keterikatan dalam hal zaman dan tempat.

Alam tidur yang didalamnya terdapat alam mimpi, adalah merupakan pintu perkara ghaib, agar seseorang tidak mengingkari sesuatu yang tidak bisa dilihatnya, sehingga dirinya bersiap untuk mengimani ajaran islam dalam beriman kepada perkara yang ghaib. Allah telah menyifati hambanya yang bertakwa, bahwa mereka adalah orang-orang yang beriman kepada sesuatu yang ghaib, sebagaimana firmanNya

هُدًى لِلْمُتَّقِينَ ○الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْب

“Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang beriman terhadap perkara yang ghaib,” (QS. Albaqarah: 2-3).

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Rizky Zulkarnain