Surabaya, aktual.com – Siti Hardijanti Rukmana, putri sulung mantan Presiden RI Soeharto, mengunjungi Pondok Pesantren Hasbullah Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang, Jumat (29/3). Bersama adiknya Siti Hutami Endang Adiningsih, Mbak Tutut dan Mbak Mamiek ditemui oleh pengasuh Ponpes Hasbullah Bahrul Ulum, KH Hasib Wahab Hasbullah dan istrinya Hj Siti Fatimah.

Ikut menemui pula KH Sa’dullah Basuni, pengasuh Ponpes Tajul Muslimin, Sukorejo, Pasuruan. Selain itu, silahturahmi juga dihadiri kiai, ulama, tokoh masyarakat setempat, serta relawan Partai Berkarya dari Jombang, Mojokerto, Kediri bahkan Madiun.

KH Hasib Wahab Hasbullah mengatakan kunjungan Mbak Tutut dan Mamiek merupakan menjalin tali silahturahmi antara Ponpes Hasbullah Bahrul Ulum dengan keluarga Soeharto. Sebab, sebelumnya Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto juga telah datang beberapa waktu lalu.

“Ini bukan kampanye, melainkan murni menjalin tali silahturahmi keluarga Pak Harto dengan pondok pesantren,” ungkapnya.

Meski demikian, ia menyebutkan bahwa kedatangan Mbak Tutut dan Mbak Mamiek telah diinformasikan ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

Dalam sambutannya, KH Hasib Wahab Hasbullah mengatakan bahwa rakyat Indonesia rindu dengan kepemimpinan Pak Harto. Ia pun melontarkan harapannya agar keluarga Soeharto bisa tampil menjadi pemimpin nasional.

“Kami merindukan betul tampilnya kembali keluarga Pak Harto,” lanjutnya.

Ia pun menyatakan semoga Partai Berkarya akan mampu masuk 4 persen di kursi DPR RI. “Beliau-beliau ini yang akan meneruskan perjuangan Pak Harto,” katanya kemudian.

Sementara itu Mbak Tutut membenarkan bahwa kedatangannya bukan untuk kampanye. Menurutnya, ia dan Mbak Mamiek dan relawan Partai Berkarya sedang bersilaturahmi. Karena itu, dalam sambutannya pun, Mbak Tutut tidak memberikan statemen atau ajakan untuk mencoblos partai dengan nomor 7 ini.

Mbak Tutut lebih memberikan pernyataan bahwa pemilu bukan mencari musuh. Pemilu adalah pesta demokrasi untuk mencari pemimpin bangsa. “Jadi, semua adalah saudara. Mari gunakan hak pilih untuk mencari pemimpin bangsa ini untuk menjadi yang lebih baik,” dalam keterangan tertulisnya, Jumat (29/3).

Mbak Tutut selanjutnya memberikan ‘kiat’ bagaimana memilih pemimpin itu. Yakni lihatlah dari programnya. Tetapi misalkan pilihannya berbeda, ia memberikan pesan kembali bahwa seluruh warga adalah saudara.

“Jangan saling musuhan, tetap bersatu dan bersaudara,” terangnya.

Sedangkan tentang kerinduan kepemimpinan Soeharto, Mbak Tutut mengatakan pihaknya ingin membangun Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Salah satu program yang diusung yakni membangkitkan kembali desa mandiri.

Namun ditegaskan bahwa pihaknya tidak ingin mengembalikan orde baru. Bagi keluarga Soeharto, orde baru sudah masa lalu. Namun pihaknya melalui Partai Berkarya akan mengusung dan meneruskan pemikiran Soeharto.

“Orde baru itu sudah masa lalu. Tapi pemikiran Bapak (Soeharto) akan kami teruskan melalui Partai Berkarya. Lanjutkan yang baik, tinggalkan yang tidak baik,” jabarnya kemudian.

Di sisi lain, usai melakukan silahturahmi, Mbak Tutut dan Mbak Mamiek nyekar di makam KH Abdul Wahab Hasbulloh. Kiai yang wafat pada 29 Desember 1971 ini adalah pahlawan nasional. Ia merupakan salah satu tokoh penggerak dan pendiri Nahdlatul Ulama. (*)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Zaenal Arifin