Acmella Nana, Siput Terkecil di Dunia (Aktual/Ilst.Nelson)

Jakarta, Aktual.com — Di Pulau Kalimantan, Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia, telah ditemukan siput (atau keong terkecil) di dunia dengan diameter 0,028 inci (0,7 mm). Siput terkecil tersebut ditemukan oleh sekelompok ilmuwan dari Belanda.

Diungkapkan oleh Dr.Jaap Vermeulen bersama rekan-rekannya dari Naturalis Biodiversity Center, Leiden, dimana siput terkecil itu tersebar di Kalimanatan. Peneliti menemukan 48 spesies siput dengan berbagai ukuran, salah satu diantaranya memiliki ukuran yang sangat kecil.

“Ada sekitar 48 jenis siput yang kami temukan di Kalimantan, salah satunya siput terkecil di dunia, bernama ‘Acmella Nana’ yang bearti ‘nanus’ sama dengan ‘kerdil’ dalam bahasa latin,” ungkap Dr.Jaap, demikian lapor laman Sci-News.

Selanjutnya, Dr.Jaap kembali menjelaskan, tentang detail dari siput “Acmella Nana”.

“Spesies ini memiliki cangkang hanya 0,020-0,024 inci (0,5-0,6 mm) lebar dan 0,024-0,031 inci (0,6-0,79) tinggi milimeter,” ujarnya kembali.

Para peneliti mengungkapkan, untuk menemukan spesies tersebut, ilmuwan harus mengumpulkan tanah yang berasal dari hutan. Kemudian tanah ini diperiksa menggunakan mikroskop untuk mencari siput itu.

Cara lainnya yaitu, dengan memasukkan tanah ke dalam air lalu diaduk. Tanah kemudian akan mengendap, sedangkan siput akan mengambang karena lebih ringan daripada tanah.

Riset terbaru ini membuktikan adanya spesies siput endemik di Borneo (Kalimantan). Karena siput bergerak sangat lambat, binatang ini bisa tetap bertahan pada daun tertentu dan wilayah terbatas untuk jangka waktu yang lama.

Hal ini memungkinkan siput untuk beradaptasi pada lingkungan yang unik. Penelitian ini memberikan pandangan baru tentang bagaimana spesies endemik seperti itu bisa muncul. Penemuan ini juga mempunyai implikasi yang penting dalam konservasi spesies siput.

“Kebakaran yang terjadi di Loloposon Cave bisa menghapus seluruh populasi spesies Diplommatina Tylocheilos,” demikian kata Menno Schilthuizen, peneliti dari Naturalis Biodiversity Center dan Universiti Malaysia Sabah.

Artikel ini ditulis oleh: