Sementara itu, kalaupun busuk karena jamur, artinya peternak mesti mengeluarkan uang lebih untuk memberikan antijamur kepada beras tersebut sebelum diberikan kepada unggas.
Tetapi, itu pun tidak akan dilirik karena dengan demikian, sama sekali tidak ada nutrisi yang tersisa dalam beras tersebut.

Ki Musbar memandang, pernyataan Bulog yang mengalihkan penggunaan beras busuk kepada ternak semata untuk mengurangi keruhian dan kesalahan manajemen gudang hingga menyebabkan busuknya beras.

“Jadi misalnya mau dijual dengan harga rugi kepada peternak, tapi sekarang, peternak mana yang mau memakai? Kita dari peternak kagak ada yang berani,” ungkapnya.

Sementara itu menurut Ketua Komisi II DPRD Ogan Komering Ulu (OKU) Timur Andi Syaiban Hidayat bahwa ribuan ton beras busuk di Sumatera Selatan mesti ditindaklanjuti oleh penegak hukum dan Bulog pusat. Temuan beras busuk didapat pihaknya dari sidak ke dua gudang beras di Belitang III dan Jatimulyo.

Ia berharap penegak hukum baik polisi maupun kejaksaan bisa menindaklanjuti kasus ini. Andi juga berharap Direktur Utama Bulog Budi Waseso (Buwas) terjun langsung ke Sumsel untuk melihat.

“Kalau bisa Buwas datang lah ke sini dan lihat langsung itu,” tuturnya, di kesempatan berbeda.

“Dari lima gudang di OKU itu kita baru periksa langsung dua gudang, itu sudah ada sekitar 1.150an ton beras yang busuk,” ujarnya lagi.

Artikel ini ditulis oleh: