Menurutnya, DPRD sudah beberapa kali memperingatkan Divre Bulog setempat untuk memperbaiki mutu dan distribusi beras, agar beras yang disalurkan ke masyarakat berkualitas. Namun masalah seperti ini terus berulang.

Politisi Golkar ini menuturkan, Komisi II DPRD OKU Timur pada Senin (4/2/2019) memanggil pimpinan Bulog Divre III OKU. Dalam pertemuan Rapat Dengar Pendapat tersebut, kata dia, terungkap ada ancaman-ancaman kepada Bulog dari pemasok beras.

Menurut Andi Syaiban, memang ada beras yang kualitasnya buruk, dan ada beras yang sudah lama berada di gudang. Ia pun menanyakan ke Bulog kenapa mau menerima beras dengan kualitas buruk.

“Ada beras yang mereka terima Oktober 2018, baru 4 bulan tapi busuknya sama seperti beras yang sudah 2016 2017, saya Tanya ini kok bisa bagimana? Ternyata mereka itu takut dengan ancaman-ancaman dan bahkan minta kita (DPRD) semacam mengawal lah,” tuturnya.

Ia mengatakan, kualitas beras itu busuk diketahui dari petugas pemeriksa mutu beras yang independen. Pemeriksa beras itu, kata dia, bukan dari pemerintah dan bukan dari Bulog.

Bulog juga sudah mengakui adanya beras busuk di OKU, Sulawesi Selatan. Beras yang disimpan terlalu lama dan kondisi gudang Bulog yang perlu modernisasi diakui menjadi penyebabnya.

“Gudang itu kan kondisinya juga sudah lama. Memang kita gudang-gudang ini perlu ada modernisasi untuk penyimpanan beras supaya lebih tahan lama, di silo-silo gitu,” kata Direktur Pengadaan Perum Bulog Bachtiar Utomo di Jakarta, Jumat (8/2).

Artikel ini ditulis oleh: