Jakarta, aktual.com – Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais) TNI, Laksda TNI (Purn.) Soleman B. Ponto, menilai bahwa kondisi TNI saat ini tengah bermasalah, menyusul pembatalan mutasi jabatan Pangkogabwilhan I, Letjen TNI Kunto Arief Wibowo, yang diketahui merupakan putra dari mantan Wakil Presiden Try Sutrisno. Mutasi tersebut dibatalkan hanya dalam waktu satu hari.

“Ini bukti bahwa TNI tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja. TNI sedang tidak baik-baik saja. Kita bukan melihat siapa yang digeser, tetapi sistemnya. Artinya ada sistem yang tidak main di sini,” ujar Soleman dikutip aktual dalam program Sapa Pagi Indonesia Kompas TV, Senin (5/5/2025).

Ia menekankan bahwa proses pergantian jabatan untuk perwira tinggi bintang tiga di TNI selalu dilakukan atas sepengetahuan dan persetujuan Presiden, mengingat posisi ini strategis dan berpotensi menjadi kepala staf angkatan.

“Yang patut diingat, bintang 3 selalu pergeserannya itu atas permintaan atau atas persetujuan presiden sebagai pemegang kekuasan tertinggi di Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, pergeseran bintang 3 selalu diketahui oleh presiden. Karena itu adalah calon-calon kepala staf angkatan,” jelasnya.

Soleman menganggap peristiwa pembatalan mutasi tersebut sebagai hal yang luar biasa dan mencurigakan, bukan kejadian yang biasa terjadi di tubuh TNI.

“Kalau ini tiba-tiba seperti ini ya kita tidak bisa melihat bahwa ini hanya sesuatu yang biasa saja, ini sesuatu yang luar biasa,” ujarnya. Ia menambahkan, “Saya melihat juga ini salah satu akibat dari UU TNI yang memperpanjang perbintangan ini supaya pensiun lebih panjang.”

Ia menyoroti munculnya gejala resistensi dari kalangan bawah yang bisa saja ingin mempercepat pergeseran di level atas. “Yang bawah ini ogah-ogahan ‘yaudah kita cungkil aja yang atas biar cepat geser dia, biar kita juga cepet naik’,” tambah Soleman.

Purnawirawan bintang dua itu bahkan secara tegas menyatakan, “Jadi ini sudah tambah rusak ini sistem ini.”

Soleman turut mengkritisi prosedur pengiriman surat mutasi yang ditembuskan kepada prajurit yang bersangkutan, sebuah hal yang menurutnya tidak lazim dilakukan. “Dalam surat keputusan itu, biasanya tidak ditembuskan kepada yang bersangkutan. Sekarang ditembuskan kepada yang bersangkutan, 8 atau 6 itu, kenapa tidak semua?” katanya. Ia melanjutkan, “Artinya ini memang tidak baik-baik saja ini. Yang terjadi apa? Yang di atas jalan sendiri, yang di bawah ogah-ogahan.”

Selain itu, Soleman merasa TNI tampak seperti sedang “bermain-main” dalam menyikapi pembatalan mutasi ini. Ia mempertanyakan mengapa proses yang seharusnya dilakukan secara prosedural justru tampak asal-asalan.

“Sekarang itu semua jalannya sudah nggak bener. Seharusnya itu bukan dianulir begitu, tetapi yang lama dicabut, diganti, tetapi ini kan hanya bilangnya tidak jadi, ini kan seperti main-main. Harusnya kan dicabut. Yang dicabut lalu ditempatkan kembali,” ujarnya.

Menurutnya, alasan yang menyebut adanya “kekeliruan” dalam keputusan mutasi justru semakin menunjukkan adanya masalah serius. “Kalau ini hanya bilang nomor 4 ini terjadi kekeliruan, mengaku terjadi kekeliruan ini kan memperlihatkan sedang tidak baik-baik saja. Karuan sekalian oke ini sudah terjadi, diangkat kembali itu akan lebih tegas. Ini terjadi kekeliruan, nah kekeliruan ini diakibatkan oleh apa? Tidak mungkin keliru ini kalau tidak ada tekanan yang besar, karena tentara sudah memiliki sistem yang kuat,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain