Jakarta, Aktual.com — Kurangnya kesadaran masyarakat akan menjaga pola hidup sehat serta minimnya pengetahuan tentang hipertensi, membuat tingginya angka pravelensi berbagai penyakit seperti, stroke, jantung juga gagal ginjal yang diakibatkan oleh beberapa faktor resiko, di mana hipertensi menjadi salah satunya.

Terkait dengan hal tersebut, Ketua Society of Hypertension (InaSH), Dr. dr. Yuda Turana, SpS, mengatakan bahwa penyakit hipertensi bukanlah penyakit tunggal.

“Pada keseluruhan tingkat nasional, jumlah pasien hipertensi yang ada sebesar 25.8 persen ( data riskerdas 2013). Lebih dari 60 persen pasien tidak sadar mereka menderita hipertensi dan lebih dari 80 persen di antaranya tidak melakukan kontrol terhadap tekanan darah mereka. Penyakit hipertensi jarang sekali merupakan penyakit tunggal, lebih dari 80 persen penyakit ini ‘komorbid’ dengan penyakit lain, seperti hiperlipidemia, diabetes,” jelas dokter Yuda, kepada Aktual.com, Jumat (12/02) di Ritz Carlton, Jakarta.

Mengingat pentingnya kesadaran masayarakat akan bahaya hipertensi, Dr Yuda memaparkan bahwa InaSH memberikan input penting agar upaya pencegahan akan bahaya hipertensi dilakukan di setiap lini layanan kesehatan di Indonesia.

“Hipertensi merupakan penyakit yang dapat dicegah, oleh karena itu dibutuhkan kepedulian dan dukungan masyarakat terhadap penyakit ini. ‘Scientific Meeting’ kali ini diharapkan dapat memberikan input penting pada tatalaksana di era JKN-BPJS ini dan agar upaya pencegahan dan pengobatan hipertensi dilakukan di semua lini layanan kesehatan di seluruh Indonesia,” beber ia menambahkan.

Hal senada juga dikatakan oleh Ketua Pelaksana ’10 th Scientific Meeting of Indonesian Society of Hypertension’, dokter Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH.

“Sosialisasi penyakit hipertensi harus terus dilakukan secara teratur dalam upaya meningkatkan kualitas pengobatan hipertensi pada pasien terutama di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) – BPJS. Pasien hipertensi yang tidak ada risiko komplikasi bisa mengakses layanan kesehatan primer, sebaliknya mereka yang memiliki komplikasi seperti kasus resistasional hipertensi atau yang mengalami kerusakan target organ ditangani di tingkat rujukan (sekunder) dan bisa dirujuk-balik untuk penanganan yang bersifat perawatan umum,” ungkap Dr Tunggul menutup pembicaraan.

Artikel ini ditulis oleh: