Jakarta, Aktual.com – Hari ini, Selasa (12/9), Centre for Strategic and International Studies (CSIS) mempublikasikan hasil survei tentang tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-JK. Berdasarkan hasil survei tersebut, CSIS mengklaim bahwa 68,3 % publik merasa puas terhadap kinerja pemerintah.
Angka ini disebut CSIS lebih tinggi jika dibandingkan tahun 2016 serta 2015 yang masing-masing mencapai 66,5% dan dan 50,6%.
Analis sekaligus aktivis pergerakan kebangsaan, Reinhard bereaksi negatif terhadap survei CSIS. Ia meragukan kebenaran dari hasil survei ini, lantaran tidak banyak prestasi yang dihasilkan oleh pemerintahan Jokowi-JK, khususnya dalam bidang ekonomi.
”Banyak pihak menilai survei CSIS ini tak kredibel, ekonomi terpuruk kok Jokowi naik?” ucap Reinhard di Jakarta, Senin (12/9).
Selain itu, berdasarkan survei yang dilakukannya, CSIS juga menyimpulkan, dari skala 0-5, pemerintahan Jokowi mendapatkan angka 4,85. Angka ini dikatakan CSIS sebagai indikasi yang menunjukkan pemerintahan saat ini sangat demokratis.
Tidak hanya itu, CSIS juga menyatakan bahwa tingkat kepuasan publik terhadap kinerja ekonomi pemerintah telah menembus 56,9%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan hasil survey CSIS pada 2015 dan 2016, yang tidak mencapai angka 50 %, yaitu 30 % (2015) dan 46,8 % (2016).
Di sisi lain, survei CSIS justru menyebutkan adanya kontradiksi dengan hal di atas karena 27,9 % responden justru menempatkan tingginya harga sembako sebagai urutan teratas dalam daftar kesulitan yang dihadapi masyarakat Indonesia saat ini.
“Saya sangat sesalkan, hancurlah CSIS kalau berpolitik murahan macam begini,” kata Reinhard menyayangkan.
Reinhard menyatakan survei semacam ini sudah dilakukan oleh CSIS sejak masa kampanye Pilkada DKI Jakarta yang lalu. Ia sendiri heran dengan bergesernya CSIS sebagai lembaga think thank yang terpercaya mutunya menjadi lembaga survei politik yang bahkan menghasilkan survei yang kredibel.
”Jangan lupa dalam survei Pilkada DKI CSIS total pro-Ahok tahun ini , akibatnya CSIS rontok legitimasinya, malah citranya bobrok, murahan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Reinhard menuding survei CSIS sebagai survei bayaran. Ia pun menyarankan agar CSIS tidak menurunkan level dan citra yang sudah terbangun puluhan tahun dengan melakukan survei yang disebutnya sebagai survei murahan ini.
“Kasihan nama baik dan komitmen Pak Hadi Soesastro sebagai ilmuwan terpandang dan serius, bukan tukang survei kayak gini,” imbuhnya.
“Survei bayaran itu modal gerak-gerik Lim Bian Koen dan Lim Bian Kie, yang cenderung membuat umat Islam perkotaan jadi kecewa, dan geram, bobrok deh,” ujarnya menyudahi.
Sebagaimana diketahui, laporan hasil survei dipresentasikan CSIS pada Sabtu (9/9) lalu dan dirilis ke publik Selasa (12/9). Survei ini sendiri dilakukan pada rentang 23-30 Agustus 2017, dengan 1.000 responden yang dipilih secara acak dan tersebar secara proporsional di 34 provinsi di Indonesia. Margin of error survei sebesar +/- 3,1% pada tingkat kepercayaan 95%.
Sebanyak 55,8% responden menyatakan cukup mendukung pemerintahan saat ini, 29,4% sangat mendukung, 11,2% kurang mendukung, dan 1,8% tidak mendukung sama sekali.
Sikap menolak terhadap pemimpin yang berbeda agama masih tinggi, 58,4%, dibandingkan dengan yang menerima 39,1%. Tidak menjawab dan tidak tahu 2,5%.
CSIS juga menanyakan tingkat kepuasan publik terhadap bidang utama, yaitu bidang ekonomi, hukum dan maritim. Trennya menaik dalam tiga tahun Jokowi-JK. Bidang ekonomi mendapatkan kepuasan paling rendah dibanding yang lain, yaitu 56,9% pada 2107, dibandingkan 46,8% pada 2016. Bidang hukum kepuasan publik 64% pada 2017, dan 62,1% pada 2016. Bidang maritim mencatat tingkat kepuasan paling tinggi yaitu 75,5% pada 2017 dibandingkan 63,9%.
Laporan Teuku Wildan
Artikel ini ditulis oleh: