Seperti halnya juga dalam mencari rizki, anggota badan kita yang berikhtiar, akan tetapi hati kita hanya bersandar kepada Dzat yang memberi dan mengatur rizki tersebut, sehingga ketika Allah member atau pun menghalangi rizki itu, kita senantiasa mengenalNya sebagai Dzat yang Al Mu’thi (Dzat yang Maha Memberi) dan Al Mani’ (Dzat yang Maha menghalangi).
Bagi seorang yang melakukan ibadah, maka hendaknya rasa khauf (rasa khawatir untuk tidak diterima) itu lebih besar dari pada rasa raja’ (rasa harapnya), dan bagi yang melakukan kemaksiatan maka hendaknya rasa raja’ lebih besar dari pada rasa khaufnya, tegas habib Yusri. Bagi ahli taat agar tidak bersandar kepada ketaatannya, dan bagi ahli maksiat agar tidak putus asa dari rahmat Allah Ta’ala.
Maka dari itulah, di dalam Al hikam disebutkan: “Diantara tanda-tanda orang yang bersandar kepada amalnya, adalah kurangnya rasa raja’ (rasa berharap rahmat Allah) ketika melakukan sebuah kesalahan”.
Tidak ada seorang pun yang masuk sorga atas dasar amal yang diperbuatnya, akan tetapi semata-mata atas rahmat Allah Ta’ala sebagaimana dalam sabda baginda Nabi SAW, pungkas habib Yusri. Wallahu A’lam.
Laporan: Abdullah Alyusriy
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid