Jakarta, Aktual.com – Saudaraku, pernahkah kau lihat daerah aliran sungai yang tak lagi berair? Aliran perasaan manusiapun bisa mengering. Air mata tak bisa lagi merembes-menetes menjadi sungai kehidupan.
Tak henti dirundung malang, yang terus menguras air mata, bisa membuat hati mengering. Kepekaan rasa mengeras. Menyisakan naluri membunuh sebagai cara bertahan hidup.
Terus-terusan hidup dalam menara gading kekuasaan dan kemewahan, tanpa bersentuhan dengan realitas penderitaan, bisa juga membuat hati kehilangan kepekaan. Air mata bersangkar emas sulit menetes jadi pancaran keharuan. Menyisakan naluri ketegaan membiarkan yang kuat yang bertahan.
Seperti kebanyakan sungai kita yang tak lagi berair, aliran perasaan bangsa ini pun mulai mengering. Yang miskin dan yang kaya kehilangan kepekaan sambung rasa. Kemanusiaan ditikam di setiap tikungan. Jalanan jadi arena perang semua lawan semua. Semua tega memakan bangkai saudaranya yang telah mati.
Hidup tanpa keharuan mematikan perasaan. Perasaan yang dihidupkan tanpa kebersamaan tak bisa mendatangkan kebahagiaan. Tanpa perasaan dan kebersamaan, kehidupan tak dapat dimenangkan.
Cobalah belajar kasih-sayang pada alam. Bila bumi kering, langit menurunkan hujan. Bila langit terik, bumi memuaikan uap. Bila langit dan bumi yang tak bisa saling merasakan bisa saling berbagi, mengapa manusia yang bisa saling merasakan tak bisa saling berbagi!
Teteskan airmatamu, agar bumi kemanusiaan yang tandus basah kembali!
(Yudi Latif, Chairman of Aktual.com)
Artikel ini ditulis oleh:
Editor: Arbie Marwan