Jakarta, Aktual.com – Dalam tausiah yang disampaikan Syekh Yusri Rusdi Jabr Al Hasani di Masjid Sayyidina Imam Abu Al Hasan Asy-Syadzili , Khumaitsirah, Mesir mengatakan bahwa apabila dalam kepribadian seorang muslim dan didalamnya terdapat empat yang berupa iman, islam, ihsan dan pengetahuan tentang gejala fitnah akhir zaman maka seseorang dapat terhindar dari fitnah tersebut.
Selain itu Syekh Yusri juga mengatakan bahwa jika seorang muslim gagal dalam menata hidupnya karena tidak bisa mencapai ihsan dalam islamnya maka bagaimana mungkin ia dapat menata kehidupan orang banyak dan tampil sebagai pengayom dan pemimpin di tengah masyarakat?
Syekh Yusri juga mengatakan bahwasannya pada zaman sekarang ini banyak sekali orang yang berperagai muslim tapi tidak beriman, atau mengaku beriman tapi tak menjalankan syariat dan atau menjalankan syariat atas dasar keimanan namun masih terombang-ambing dalam niatnya karena tidak mencapai maqam ihsan (merasa diawasi oleh Allah SWT) sehingga fenomena tipu menipu merebak dimana-mana.
Sebagaimana sabda Nabi SAW dalam hadist yang sahih :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : ” سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتٌ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ , وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ , وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ ، وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ ، وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ ، قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ ؟ قَالَ : الرَّجُلُ التَّافِهُ يَنْطِقُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
Dari Abu Hurairah -RA, dia berkata; Rasulullah SAW bersabda : “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Disinyalir banyak orang yang tampil berbicara membahas tentang kemaslahatan umat islam seolah ia peduli terhadap kaum muslimin padahal di benaknya terkumpul segala macam hasrat duniawi semata, kemasan lahiriahnya menetramkan namun daleman hatinya sangat gersang.
Oleh sebab itu semua para ulama dan masyaikh thoriqoh tasawuf menterjemahkan hadist tentang iman, islam dan ihsan tersebut (di awal pembahasan) dengan adab dan dzikir-dzikir utama yang mencakup bacaan istighfar, shalawat atas Nabi SAW dan tahlil.
Dan perlu diketahui bahwa (dalam dzikir kaum sufi) bacaan istighfar merupakan implementasi dari syariat (islam) dan shalawat Nabi SAW adalah thoriqoh atau jalan menuju kesempurnaan (iman) sedangkan bacaan tahlil la ilaha illallah adalah pengakuan akan hakekat (ihsan) dengan membaca istighfar berarti engkau bertakhally ( membersihkan diri dari dosa dan menjauhi perbuatan tercela) dan dengan membaca shalawat berarti engkau ber tahally (berhias diri dengan meneladani sifat-sifat terpuji baginda Nabi SAW) kemudian engkau membaca tahlil la ilaha illallah yang berarti puncak tingkatan kualiatas iman seseorang yaitu ihsan.
Dengan diakhiri bacaan tahlil seakan-akan engkau sampai kepada Allah setelah takhally (pembersihan) dengan istighfar dan tahally (berhias menata barisan di belakang Nabi SAW) dengan bacaan shalawat.
Dengan demikian maka akan tampak padamu hakikat keagungan Allah SWT atau yang disebut dengan tajally. Mereka para ulama tasawuf meramu susunan dzikir istighfar , shalawat dan tahlil berdasarkan hadist sahih mengenai iman, islam dan ihsan (tersebut diawal topik) mereka adalah orang-orang yang mendapatkan imdad (aliran keberkahan) dari Nabi SAW dan kita pun harus mendapatkan imdad tersebut dari para ulama yang telah mendapatkannya seperti para ulama thoriqah tasawuf.
Rahmat Allah SWT untuk kita tidak akan mengalir untuk kita tanpa melalui imdad (limpahan keberkahannya Nabi SAW) karena Allah SWT berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاك إِلَّا رَحْمَة لِلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami (Allah) mengutus kamu (wahai Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS : Al Anbiya/21 ayat 107).
Rahmat Allah SWT yang ada pada Nabi SAW mengisi seluruh alam semesta, oleh karena itu Allah SWT dan para malaikat-Nya bershalawat atas Nabi SAW :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS:Al Ahzab/33 ayat 56).
Shalawatnya Allah SWT dan para malaikat mengandung makna bahwa Allah SWT yumid (memancarkan rahmat-Nya yang agung ke seluruh semesta alam melalui Nabi SAW) dan shalawatnya para malaikat atas Nabi SAW bermakna yastamid (memohon limpahan rahmat Allah SWT melalui Nabi SAW).
Karenanya dalam ayat tersebut orang-orang beriman diperintahkan bershalawat supaya mendapatkan rahmat dan bimbingan Allah SWT , dan Nabi SAW bersabdanya :
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا
“Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” [HR:muslim]
Shalawat pun dapat diartikan sebagai hidayah yang membimbing dan menyelamatkan dari kegelapan jiwa. Allah SWT berfirman:
هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
“Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS:Al Ahzab/33 ayat 43)
Bertasawuf mencapai maqam ihsan dan mendapat imdad Nabi SAW adalah solusi bagi kita agar selamat dari keburukan dan kejahatan fitnah akhir zaman.[Deden Sajidin]
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid