Jakarta, Aktual.co — Pengamat energi Boyamin Saiman mengatakan bahwa dengan tersandungnya Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina dalam kasus dugaan kecurangan Tender LPG yang dimenangkan oleh Total Asia Trading Pte Ltd, menunjukan bahwa ISC belum lebih baik dari Petral.

Sebagai informasi, PT Pertamina (persero) melalui unit usahanya, ISC pada 23 Februari 2015 lalu kembali mengadakan tender LPG yang terdiri dari 22.000 MT butane dan 22.000 MT propane. Namun ISC-Pertamina menabrak aturan yang mereka buat sendiri. Pasalnya, dalam penawaran tender ke peserta disebutkan untuk pricing dan loading bulan April 2015. Namun, ISC-Pertamina justru memenangkan Total dengan pricing Maret 2015.

Dari data yang diterima Aktual, terdapat kerugian perusahaan Pertamina dan negara mencapai USD400.000 atau sekitar Rp5,2 miliar. Perhitungan kerugian berdasarkan atas perbedaan harga CP Aramco pada bulan Maret 2015 di harga USD480/MT dan bulan April 2015 di harga USD465/MT.

Bareskrim Polri kini tengah melakukan penyelidikan dugaan terjadinya tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang dalam tender tersebut. Pada penyelidikan itu, Bareskrim diketahui telah melayangkan pemeriksaan terhadap Manager Market Analysis dan Development ISC Pertamina, Anizar Burlian pada 28 Mei 2015 lalu. Bahkan, Bareskrim juga memanggil Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto.

“Belum, Pertamina belum mampu menunjukan lebih baik dengan tanpa Petral,” kata Boyamin saat berbicang dengan Aktual di Jakarta, Kamis (4/6).

Untuk itu dirinya selalu mengingatkan Pemerintah agar serius dalam memberantas praktik mafia migas. Pertamina juga harus mampu berubah menjadi lebih baik bagi bangsa.

“Saya hanya menghimbau, Pertamina jadilah pahlawan dengan memberi keuntungan kepada bangsa dan negara. Jangan memindahkan korupsi karena dunia migas kan rawan korupsi, baik dari perorangan maupun kelompok,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka