Ada 317 kasus kecelakaan penerbangan telah terjadi selama satu satu dekade terakhir (2007-2017). Itu berdasarkan catatan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Jika dirata-rata, ada 28 kasus kecelakaan penerbangan terjadi setiap tahunnya di Indonesia.
Angka itu tidak sedikit bukan? Trafiknya pun cenderung naik. Jika memakai perbandingan, maka kecelakaan penerbangan periode 2007-2010 dengan 2014-2017, kenaikannya itu terlihat jelas. Tahun 2007-2010 misalnya, kecelakaan penerbangan berkisar 20 kasus/tahunnya.
Sementara, tahun 2014-2017 rataan kasusnya telah menjadi 35 kasus/tahun. Kemudian pada tahun 2016, tercatat menjadi tahun dengan jumlah kecelakaan penerbangan terbanyak dalam dekade terakhir. Sebanyak 45 kasus telah terjadi pada tahun itu. Angkanya juga hampir dua kali lipat rataan kasus kecelakaan penerbangan terjadi setiap tahunnya di Indonesia.
Selama satu dekade itu pula, 572 nyawa melayang dan menjadi korban kecelakaan penerbangan. Tahun 2007 dan 2014 menjadi catatan paling buruk. Sebanyak 125 nyawa menjadi korban kecelakaan penerbangan pada 2007 dan 169 orang meninggal/hilang pada 2014.
Dengan demikian, kecelakaan penerbangan memang memakan banyak korban jiwa. Wajar kemudian pada tahun 2007 wilayah Eropa memberlakukan larangan terhadap Indonesia. KNKT dalam rilis Data Investigasi Kecelakaan Penerbangan Tahun 2010-2016 (PDF) membeberkan, mayoritas utama penyebab kecelakaan penerbangan terjadi karena faktor manusia (67,12 persen).
Tak hanya faktor manusia, ada beberapa faktor penyebab lain yang menjadi faktor pesawat celaka. Namun, persentasenya lebih kecil. Faktor teknis, misalnya, menyumbang 15,75 persen kecelakaan.
Begitu juga faktor lingkungan yang membuat 12,33 persen kasus dari periode sepuluh tahun itu.
Faktor human error seperti menegaskan bahwa peralatan canggih dan mutakhir pun tidak menjamin nir-kecelakaan dalam penerbangan.
Kasus pesawat Adam Air jatuh di perairan Sulawesi Selatan pada 2007 dapat menjadi bukti. Hasil investigasi KNKT (PDF) memberi kesimpulan akhir bahwa penyebab kecelakaan adalah kesalahan pilot.
Laporan itu menyebut, pesawat yang berakhir di laut itu bermula dari keteledoran kedua pilot pesawat. Mereka tidak sadar pesawat telah kehilangan kendali karena kesalahan memasukkan kode instrumen pengendali otomatis. Awalnya, mereka berusaha memperbaiki kerusakan pada sistem navigasi atau IRS.
Faktor manusia semakin penting kala memperhatikan jenis kecelakaan pesawat. Sebagai contoh, dalam catatan KNKT 2017, dari semua jenis kecelakaan pesawat, runway excursion (38,89 persen) menjadi penyumbang utama, di atas faktor-faktor teknis (system/component failure atau malfunction non-powerplant, controlled flight into terrain, dan lainnya).
Runway excursion adalah situasi pesawat yang mengalami peristiwa keluar landas pacu. Maka dari itu, pilot yang andal dan mampu menguasai keadaan lapangan harus jadi perhatian dalam memberi jaminan keselamatan.
Maskapai Penerbangan Murah