Selama ini terutama sepanjang era reformasi, oligarki taipan Indonesia adalah buffer dari sistem yang bekerja di negara ini. Oligarki taipan yang menentukan sehat tidaknya APBN, oligarki taipan yang mengatur sirkulasi kekuasaan, oligarki taipan yang membiayai media masaa.

Bahkan oligarki taipan yang menentukan UUD diamandemen atau tidak dan UU sektoral bisa disyahkan atau tidak. intinya sepanjang era reformasi ini oligarki taipan sangat power fuli dalam menentukan arah kebijakan ekonomi dan politik Indonesia.

Demikian pula dengan yang mereka simpan di luar negeri dapat sewaktu waktu diambil dalam rangka menopang seluruh kegiatan politik dalam kapasitasnya sebagai buffer politik Indonesia.

Namun pasca ditandatangani MLA maka secara otomatis peran meraka sebagai buffer politik tidak lagi dapat dijalankan. jelas saja karena uangnya sudah tidak lagi dapat diakses. Bahkan lebih jauh lagi mereka sudah dicap sebagai bandit atau penjahat keuangan yang sewaktu waktu dapat ditangkap oleh Interpol.

Sehingga tidal heran sebuah artikel mengulas panjang lebar tentang kehebatan oligarki taipan Indonesia dan peran mereka dalam pembangunan Indonesia. Artikel yang berjudul Today’s Tycoons: Becoming Good Citizens, mengupas bahwa merekalah yang memberi andil besar terhadap pembangunan industri, penciptaan kesempatan kerja dan pengentasan kemiskinan di Indonesia.

Entah bagaimana artikel tersebut tampak sebagai sebuah apologi menyambut MLA. Tampak sekali bahwa mereka masih berharap dapat menjangkau kembali kekayaan keuangan mereka untuk menegaskan posisinya sebagai buffer sistem poltik reformasi.

Artikel ini ditulis oleh: