Jakarta, Aktual.com —  Pemerintah dan PT Pertamina (Persero) diminta untuk segera menghentikan mekanisme penentuan harga yang diserahkan ke pasar, dan segera menentukan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) secara flat yang berlaku hingga akhir tahun ini. Demikian disampaikan oleh Direktur Eksekutif Energy Indonesia (EWI) Ferdinand Hutahaean.

Menurutnya, Keruwetan tata niaga dan tata kelola BBM Indonesia sepertinya bukan semakin berkurang namun semakin bertambah dengan penyerahan harga BBM pada mekanisme pasar. Dimana liberalisasi harga ini selain tidak sesuai dengan UUD 1945 juga tidak membawa manfaat kebaikan bagi Pertamina dan justru merugi hingga puluhan trilliun karena menjual BBM dengan harga rugi.

“Ini aneh, masa penentuan harga diserahkan pada mekanisme pasar tapi Pertamina ngaku jual rugi? Artinya kebijakan liberalisasi harga BBM tersebut hanya menambah carut marut tata kelola dan tata niaga BBM kita, ini harus segera dihentikan, tidak bermanfaat dan cenderung hanya menambah kegelisahan dipasar, publik dibuat waswas berbisnis karena harga BBM merupakan komponen utama investasi berbisnis,” kata Ferdinand dalam diskusi publik di Jakarta, Rabu (5/8).

Ia menegaskan, liberalisasi harga BBM ini harus dihentikan karena selama ini Pertamina telahenrugi puluhan trilliun akibat mengimpor minyak lebih mahal dari harga jual ke pasar sementara BBM sudah tidak disubsidi.

“Salah satu contoh sekarang, harga minyak dunia sedang turun, logikanya harga BBM harus turun jika mengikuti mekanisme pasar, tapi kenapa harga BBM  tidak turun? Alasannya selama ini Pertamina jual rugi, rugi hingga puluhan trilliun karena mengimpor minyak lebih mahal dari harga jual ke pasar sementara BBM sudah tidak disubsidi. Ini tentu mengacaukan keuangan pertamina,” terangnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, berdasar hitungan saat ini, Pertamina dan pemerintah sebaiknya menetapkan BBM jenis Premium RON 88 di harga jual Rp.7500 per liter dan flat selama enam bulan atau satu tahun.

“Ini batas psikologis yang bisa diterima rakyat dan Pertamina sudah untung. Melihat trend yang ada, harga minyak tahun ini akan bertahan di kisaran USD 45- USD 55 barel karena Iran sudah dicabut sanksi ekonominya oleh pihak barat,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka