Jakarta, Aktual.com – Fenomena Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang diperkirakan akan maju sebagai calin independen dalam Pilkada 2017 nanti dianggap sebagai proses deparpolisasi.

Anggapan ini disebut sebagai reaksi yang terlalu dini. Bahkan bisa disebut sebagai bentuk kepanikan dari kalangan parpol sendiri.

“Deparpolisasi itu memang ungkapan terlalu dini untuk merespon Ahok maju sebagai calon independen. Tapi bagi saya, poinnya adalah depolitisasi yang mencuat di pekan ini sebagai bentuk kepanikan dari parpol yang kaget dengan move politik Ahok,” tutur pengamat politik dari Populi Center, Tommi Legowo dalam satu diskusi di Gado-Gado Boplo, Jakarta, Sabtu (12/3).

Selama ini dalam konteks pilkada, sosok parpol selalu diasosiasikan dengan kuatnya peran parpol. Tapi dengan muncul sosok independen, publik melihat ingin adanya sosok independen yang kuat.

“Maka dalam konteks ini, konteks deparpolisasi itu seakan-akan mengecilkan peran parpom itu sendiri,” katanya.

Namun di satu sisi, Tommi juga melihat dengan adanya peran sosok independen ini sama saja dengan menihilkan peran parpol dalam konteks berdemokrasi.

“Karena dengan begitu (lewat jalur independen), sama saja dengan menihilkin peran parpol. Padahal parpol itu pilar pertama demokrasi,” tandasnya.

“Bahkan kalau saya sebut itu seperti menihilkan demokrasi juga. Kasus ini terjadi dalam kasus Ahok yang maunya maju lewat nalur independen karena tidak percaya lagi sama parpol,” imbuhnya.

Mestinya, ia melanjutkan, dalam konteks ini tidak ada masalah. Karena orang masuk parpol itu juga sukarela. Cuma dalam kelembagaan parpol ada prinsip loyalitas.

“Loyalitas itu jiwa parpol dan kalau hilang, maka bisa disebut sosom yang keluar dari parpol itu tidak loyal,” paparnya.

Tapi di satu sisi, kata dia, para pendukung fanatik Ahok yang tergabung dalam Teman Ahok maunya Ahom merapat ke parpol.

“Ada kesan Ahok dan PDIP itu mesra. Orang menduga Ahok akan apat dukungan dari PDIP. Tapi semua bisa berubah,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: