Jakarta, Aktual.com — Ustad Muhamad Ikrom menjelaskan kepada Aktual.com, di Jakarta, Jumat (19/02), ada beberapa perkara yang makruh dalam persetubuhan (hubungan intim) untuk pasangan yang sudah menikah yaitu,
1. Makruh jima pada malam dua Hari Raya dan pada awal pertengahan (tanggal 15) dan akhir tiap-tiap bulan Islam.
2. Makruh jima di bawah Matahari atau bulan mengambang.
3. Makruh jima selepas salat Zuhur hingga ke petang.
4. Makruh melihat kemaluan pasangan baik istri dan suami.
5. Makruh jima jika dapat dilihat atau didengar orang, bahkan haram apabila sengaja dilihat orang.
Ada pendapat yang mengatakan, bahwa makruh bersetubuh di tiga malam dalam bulan Islam. Yaitu malam yang pertama, malam yang akhir dan malam pertengahan bulan. Dikatakan, bahwa kenyataan tersebut adalah mengikut pendapat Ali, Mu’awiah dan Abu Hurairah.
Fatwa para Sahabat bukanlah merupakan satu hujah syara’ yang diwajibkan mengikutinya, jika fatwa tersebut tidak disandarkan kepada Rasulullah SAW. Ini adalah pendapat jumhur (kebanyakan) Ulama.
Ada juga Ulama berpendapat makruh bersetubuh di malam pertama Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Bila sebelumnya Aktual,com membahas tentang makruh, tentunya ada perkara yang haram dalam persetubuhan (jima atau bersenggama) yaitu,
1. Haram jima ketika istri haid, nifas dan wiladah. Jika bersetubuh pastikan putus haid, nifas dan wiladah dan selepas mandi hadas besar.
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ ۖ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ ۖ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطْهُرْنَ ۖ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, “Haid itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah SWT kepadamu. Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (Al Baqarah : 222)
Ada sebuah Hadis berkata, “Aku telah bertanya kepada ‘Aisyah tentang sesuatu yang boleh dilakukan seorang suami terhadap isterinya yang sedang Haid.” ‘Aisyah menjawab, Apa saja boleh, kecuali kemaluannya (bersetubuh). (Riwayat Bukhari)
2. Haram jima melalui jalan belakang (melalui dubur) walau pun istri. “Terkutuklah orang yang menyetubuhi isteri di duburnya.” (Hadis Riwayat Abu Dawud dan an-Nasa’i dari Abu Hurairah.)
3. Haram jima membawa ayat-ayat Al Quran nama-nama Allah SWT, Nabi. Malaikat dan lain lain seperti azimat.
4. Haram jima dalam Masjid atau Mushalah.
5. Haram jima sedang berpuasa di bulan Ramadan.
6. Haram jima sedang dalam ihram Haji atau ihram Umrah.
7. Haram jima di tempat terbuka (tempat awam).
Ada sedikit tambahan bahwasannya boleh mendatangi dari arah mana pun untuk bersetubuh, depan, tepi atau belakang, asalkan sasarannnya yaitu lubang faraj, dan bukannya lubang dubur.
Dari Jabir B Abdulah berkata, bahawa orang-orang Yahudi (beranggapan) berkata, Apabila seseorang menyetubuhi istrinya pada kemaluannya melalui belakang maka mata anaknya (yang lahir) akan menjadi juling. Lalu turunlah ayat Al Quran yang berbunyi,
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّىٰ شِئْتُمْ ۖ وَقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مُلَاقُوهُ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
Artinya, “Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.” (Al Baqarah – 223)
Bersetubuh (atau berjima) dengan isteri adalah satu ibadah dan mendapat pahala jika melakukannya. Rasulullah SAW. bersabda: “…..dan apabila engkau menyetubuhi istrimu, Engkau mendapat pahala”.
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, adakah seseorang dari kami mendapat pahala dalam melampiaskan syahwat ?.”
Nabi Muhammad SAW menjawab, “Bukankah kalau dia meletakkan (syahwatnya) di tempat yang haram dia akan berdosa ? Demikian pula kalau dia meletakkan (syahwatnya) pada jalan yang halal maka dia mendapat pahala.” (Hadis Riwayat Muslim).
Dan jika mau mengulangi jima, hendaklah dibasuh dahulu kemaluan kita. Seperti mana sabda Rasulullah SAW yang bermaksud, “Apabila di antara kamu telah mencampuri isterinya kemudian dia akan mengulangi persetubuhannya itu maka hendaklah dia mencuci zakarnya terlebih dahulu.” (Hadis Riwayat Baihaqi)
“Dengan demikian, maka akan terciptalah keharmonisan suami istri, keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Jadi, jangan salah, Islam juga punya aturan tentang cinta. Menariknya apa yang Islam syariatkan dalam hubungan suami istri adalah suatu aturan yang sesuai dengan nurani manusia. Selamat hidup sehat dan bahagia, tentu saja, dengan cara Rasulullah SAW agar mendapat berkah, terutama anak-anak yang soleh dan solehah,” kata ia menutup pembicaraan.
Artikel ini ditulis oleh: