Jakarta, Aktual.com – Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyatakan untuk menyetop seluruh penelitian dan penggunaan obat malaria atau Hydrocychloroquine untuk mengobati Covid-19.

Hydrocychloroquine atau Klorokuin yang semula disebut Presiden AS Donald Trump sebagai obat terampuh mengobati Covid-19 ini ternyata tidak bermanfaat dan tak mampu sebagai obat untuk pasien yang terpapar Covid-19.

Hal itu disampaikan oleh Ana Maria Henao Restrepo, Medical Officer WHO dikutip dari CNBC, Kamis (18/6).

Pengumuman tersebut seakan menghancurkan harapan bahwa Klorokuin benar-benar bisa menyembuhkan pasien Covid-19. Sebelumnya Klorokuin menjadi salah satu yang mampu membangkitkan harapan dan kegembiraan saat Donald Trump mengumumkannya beberapa waktu lalu.

Klorokuin ternyata menyebabkan masalah pada jantung di beberapa pasien. Studi yang diterbitkan oleh New England Journal of Medicine menemukan jika Klorokuin ini tidak lebih baik dari ‘placebo’ dalam mencegah dan mengobati Covid-19.

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS mengumumkan akan mengakhiri otorisasi penggunaan darurat untuk Klorokuin ini setelah menyimpulkan obat tersebut resmi tidak efektif terhadap Covid-19.

“Selain itu mengingat efek samping jantung serius, manfaat CQ dan HCQ dinyatakan memiliki risiko yang potensial,” tulis lembaga tersebut.

Dexamethasone

Secara terpisah, pejabat WHO mendesak masyarakat untuk berhati-hati tentang dexamethason, steroid yang tengah diuji juga oleh para ilmuwan sebagai terobosan untuk Covid-19.

Pada hari Selasa, para ilmuwan di University of Oxford mengatakan hasil dari percobaan “Pemulihan” mereka menunjukkan obat itu, yang banyak digunakan untuk mengurangi peradangan.

Serta, mengurangi tingkat kematian sekitar sepertiga di antara pasien Covid-19 yang sakit parah yang dirawat.

“Hasil dari uji coba itu sangat signifikan, tetapi itu hanya satu studi,” kata Dr. Mike Ryan, Direktur Eksekutif program kedaruratan WHO seraya menambahkan kajian lengkap dan data haruslah dilakukan lagi.