Sebaliknya, sambung Yudi dalam tausiahnya, bila hati itu bersih maka cahaya ketuhanan akan memantul dari diri kita sendiri. Sehingga, apapun suku, ras, dan kebudayaan maupun kebangsaan.
“Jadi kalau kalbu kita bersih kita mau pakai etintas apapun pasti ada warna tuhan didalamnya, aku datang sebagai orang Jawa maka aku orang Jawa yang menuhan, aku datang sebagai seorang Indonesia maka orang Indnesia yang menuhan, menuhan artinya berproses mendekati sifat- sifat tuhan (tercermin dari prilaku kita sendiri),” sebutnya.
Oleh karena itu, sambung di dalam bertasawuf memberikan kita satu wawasan yang lebih integral bahwa hidup tidak terkotak-kotak, terpecah-pecah, jadi tidak membuat kita kalau identitas sebagai seorang Islam seolah- olah kebangsaannya harus hilang.
Padahal kebangsaan seseorang itu selalu sejalan dengan keimanannya, karena tidak seorang pun yang dapat menutup fakta kita terlahir sebagai etnis Jawa, Sunda ataupun lainnya karena itu semua takdir tuhan, dari manapun bejananya muncul maka identik dengan jalan keimanan kita sebagai seorang yang berketuhanan.
“Tasawauf itu memberikan kita banyak jalan dalam melihat cahaya ketuhanan itu, bisa melalui jalan pemikiran, bisa melalui tasawuf, melalui pintu adat, bisa melalui pintu kebangsaan yang ujungnya itu menuju pada tuhan, karena itu kolbu harus dicerahkan sehingga cerminnya bersih dan dapat memantulkan berbagai macam warna ketuhanan itu sendiri,” pungkas dia.
Laporan: Novrizal Sikumbang
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby