Jakarta, Aktual.com — Lonjakan harga-harga terutama harga pangan secara tak terkendali oleh pemerintah menjelang bulan ibadah puasa sangat memberikan beban berat bagi masyarakat. Energi Watch Indonesia (EWI) menilai penderitaan yang akan dirasakan oleh masyarakat tidak berhenti sampai disitu, akan tetapi nantinya diperburuk oleh imbas harga minyak dunia yang mulai merangkak naik.
“Kenaikan harga ini akan semakin tidak terkendali mengingat harga minyak dunia mulai naik pada harga USD50 per barel, dimana bulan Juli nanti saat menjelang lebaran harus ada evaluasi hargar BBM,” kata Direktur Eksekutif EWI, Ferdinand Hutahaean, di Jakarta, Selasa (31/5).
Lebih lanjut, kenaikan bahan pangan sendiri cukup mengecewakan, terlebih situasi ini terjadi menjelang bulan Ramadhan. Semestinya pemerintah sudah harus punya jawaban dengan langkah strategis dan taktis untuk menahan kenaikan harga supaya tidak terjadi setiap menjelang bulan puasa seperti ini. Namun parahnya saat ini, pemerintah seperti tidak mampu melakukan apa-apa untuk menahan kenaikan harga yang terjadi di pasaran.
“Perintah Presiden Jokowi kepada menterinya agar membuat harga daging sapi Rp80.000/kg, malah ini jadi candaan para pedagang daging sapi di pasar sambil berkata (Beli saja dagingnya sama Jokowi). Inilah diplomasi bawang busuk, Jokowi tidak tau caranya menurunkan harga tersebut, yang penting setidaknya pendengaran rakyat disenangkan sesaat,” tuturnya.
Yang terpenting adalah, dia meminta pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM pada waktu evaluasi harga mendatang, hal ini sebagai tuntutan komitmen pada saat evaluasi bulan April lalu pemerintah hanya menurunkan harga BBM sebesar Rp.500/liter dengan janji tidak menaikkan harga BBM pada Juli nanti.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka