Jakarta, Aktual.com – Dalam kitab Anwarul Hadi cetakan Markaz Al-Jilani Istanbul, Cahaya Kesebelas, Maulana Al-Imam Shulthonul Auliaa Syekh Abdul Qadir Al-Jilani QS. berwasiat:

“Apabila timbul dalam benakmu suatu keinginan untuk menikah padahal engkau fakir dan miskin, dan kau tidak mampu memenuhi kebutuhan untuk itu, maka hendaknya engkau bersabar. Hendaknya engkau berharap kepada Allah agar Dia memudahkan keinginanmu itu. Jika engkau sabar dan dekat dengan Allah, niscaya datang pertolongan Allah kepadamu dalam memecahkan persoalan ini. Ingatlah, keinginan untuk menikah adalah nafsu jasmani, perlu engkau lemahkan dan harus dihadapi dengan sabar.

Pertolongan Allah yang datang mungkin dalam berbagai wujud dan kondisi. Bisa juga pertolongan itu berupa menghilangkan keinginan dihatimu tentang kawin, atau membuka jalan sehingga engkau mampu memenuhi kebutuhan kawin. Artinya Dia memberi karunia berupa rezeki, sehingga engkau berkecukupan. Pertolongan dari-Nya bisa datang dari berbagai sebab. Maka hendaknya engkau sabar dan bersyukur dalam menghadapi keinginan tersebut.”

KH. Muhammad Danial Nafis hafidzahullah memberikan syarah bahwa yang dimaksud pernikahan dalam bab ini bukan sekedar pengertian menikah secara syar’i saja. Tapi kita juga harus memandang makna pernikahan dalam perspektif tauhid dan tasawuf yakni ketika Allah meminang dirimu untuk menjadi kekasih-Nya. Tentunya “pernikahan agung” ini juga harus diraih dengan sabar dan syukur dalam bermujahadah memerangi hawa nafsu.

Kyai Nafis menambahkan bahwa mengekang syahwat juga perlu didorong dengan melanggengkan dzikrullah, karena ghaflah (kelalaian kepada Allah) adalah bibit segala kemaksiatan, dan lupa kepada Allah dapat mencondongkan hati untuk memanjakan syahwat dan hawa nafsu. Maka kuatkanlah sabar dan syukurmu dengan selalu mengingat Allah.

“Mintalah kesabaran dari Yang Maha Sabar, dan Kesyukuran dari Yang Maha Syukur. Jangan batasi kesabaranmu dengan mengatakan bahwa sabar itu ada batasnya. biarlah Pemilik kesabaran, yakni Allah SWT yang melimpahkan dan meluaskan kesabaran itu dalam hatimu menurut pengetahuan dan kebijaksanaan-Nya.” Tutur Kyai Nafis.

Apabila engkau sabar dan bersyukur, maka Allah akan memberi predikat mulia padamu. Karena kesabaranmu dan keridhaanmu atas ketentuan-Nya, maka Allah akan meningkatkan kesucian dan kekuatan bagimu. Sebab Allah telah berjanji akan selalu menambah karunia-Nya atas orang-orang yang mau bersyukur. Sebagaimana firmanNya:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.  (QS. Ibrahim: 7)

Maka bersabarlah, tentanglah hawa nafsumu, dan berpegang teguhlah pada perintah-perintah-Nya. Ridhalah atas takdir Yang Maha Kuasa, dan berharaplah akan ridha dan karunia-Nya. Sungguh Allah sendiri telah berfirman:

قُلْ يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ فِى هَٰذِهِ ٱلدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

 

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar 10)

Kyai Nafis Melanjutkan penjelasannya, “Ketika bersyukur pun jangan merasa dirimu bisa bersyukur. yakinilah bahwa kita tidak akan bisa berterimakasih dan bersyukur secara sempurna atas nikmat dan karunia yang Allah SWT berikan kepada kita. itulah hakikat syukur seorang hamba kepada Allah. Syukur tidaklah cukup dengan mengucapkan Alhamdulillah di lisan saja. jika kita menghitung nikmat-nikmat yang Allah karuniakan kepada kita niscaya semakin merasa kurang dalam bersyukur kepada-Nya.”

Wallahu A’lam bis Shawaab

 

Resume Kajian Tasawuf Kitab Anwarul Hadi Karya Shultonul Auliyaa Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani QS. Bersama KH. Muhammad Danial Nafis Hafizhahullah di Zawiyah Arraudhah, Selasa malam 1/9/2020 (13 Muharram 1442).

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin